Meluruskan Ungkapan Hubbul Wathan Minal Iman, Ternyata Dipopulerkan Misionaris Kristen

Meluruskan Ungkapan Hubbul Wathan Minal Iman, Ternyata Dipopulerkan Misionaris Kristen
Foto ilustrasi from Istockphoto

OPINION, ruber.id – Ungkapan Hubbul Wathan Minal Iman atau Cinta tanah air sebagian dari iman, rasanya sudah tidak asing lagi, kita mendengarnya.

Bahkan mungkin, sempat mengiranya sebagai ungkapan hadis yang berasal dari Nabi Besar Muhammad SAW.

Padahal, Hubbul Wathan Minal Iman, bukanlah berasal dari hadis Nabi SAW, melainkan pernyataan yang dipopulerkan oleh Butrus Bustani. Yaitu, seorang misionaris Kristen yang sangat terkenal di kalangan Arab.

Dari Butrus Bustani

Butrus Bustani, memperkenalkan slogan hubbul wathan minal iman untuk mempromosikan dan menjadikannya sebagai semboyan perjuangannya di Timur Tengah untuk kebangunan bangsa Arab.

Tujuannya, adalah untuk menancapkan paham nasionalisme dan patriotisme dengan dalil-dalil agama agar lebih mantap diyakini oleh umat Islam.

Baca juga:  Cinta Itu Fitrah

Bukan Hadis Nabi Muhammad SAW

Maka dari itu, hendaklah kita sebagai seorang muslim tidak mengatakan hubbul wathan minal iman, sebagai hadis Nabi Muhammad SAW. Karena, beliau memang tidak pernah mengatakannya.

Setelah kita mengetahuinya, semoga tidak salah lagi dalam memahami ungkapan dari kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar ini.

Karena, menisbatkan ungkapan itu kepada Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah kedustaan yang nyata. Dan hal itu, merupakan dosa besar di sisi Allah SWT.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (Hadis Mutawatir).

Nasionalisme Memecah Belah Umat

Apalagi, Islam memang tidak pernah mengenal paham nasionalisme atau patriotisme. Kecuali, setelah adanya perang pemikiran (al-ghazwul fikri) yang dilancarkan kaum penjajah.

Baca juga:  Partisipasi Politik Perempuan dalam Islam

Kedua paham sesat tersebut, terbukti telah memecah belah kaum muslimin di seluruh dunia. Menjadikannya, tersekat-sekat dalam wadah puluhan negara bangsa (nation state) yang sempit, mencekik, dan membelenggu.

Maka, kaum muslimin yang terpasung itu wajib membebaskan diri dari kerangkeng-kerangkeng palsu bernama negara-negara bangsa.

Sebaliknya, kaum muslimin wajib bersatu di bawah kepemimpinan seorang imam yang akan mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia. Dan tentunya, dalam institusi yang satu yang mengikuti minhaj nubuwwah.

Semoga, datangnya pertolongan Allah ini, telah dekat kepada kita semua. Wallahu a’lam bishshawab.