OPINION, ruber.id – Setiap tanggal 27 Rajab, umat Islam patut mengetahui bahwa salah satu peristiwa besar yang menjadi tonggak perubahan dunia adalah peristiwa Isra dan Mikraj.
Isra Mikraj adalah perjalanan Rasulullah SAW, pada sebagian malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan ke Sidratul Muntaha.
Ini, adalah peristiwa yang sulit diterima oleh akal manusia.
Pelajaran penting dari peristiwa Isra Mikraj adalah sikap yang telah ditunjukkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq.
Beliau, menerima perkataan Nabi SAW di saat orang lain bersikap ingkar.
Sikap Abu Bakar tersebut, harusnya menjadi sikap yang harus dipegang teguh oleh kaum muslimin saat ini.
Sikap Seorang Mukmin
Jika Islam itu boleh diambil sebagian dan boleh ditinggalkan sebagian, boleh dipercaya sebagian, boleh diingkari sebagian, maka ini bukanlah sikap seorang mukmin.
Karena, Allah SWT telah menurunkan Islam secara sempurna. Baik tentang akidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan lainnya.
Dalam perkara muamalah, terdapat perkara kepemimpinan yang disebut al-Khilafah.
Para ulama sepakat, keberadaan khalifah atau imam adalah fardu kifayah.
Namun, bukan hanya penting adanya seorang imam atau pemimpin saja melainkan imam yang menerapkan hukum Allah.
Konsekuensi Keimanan
Menerapkan syariat Islam secara kafah, merupakan konsekuensi keimanan.
Beriman kepada Alquran, tetapi tidak mau mengamalkannya, maka patut dipertanyakan imannya.
Tak ada alasan bagi seorang mukmin untuk menolak syariat Allah, walau pun perkara itu tidak disenangi oleh manusia.
Pengabaian terhadap syariat Islam adalah imbas dari rapuhnya keimanan.
Rapuhnya keimanan terhadap syariat, berpangkal dari rapuhnya keimanan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Karena, syariat sampai kepada kita melalui baginda Nabi Muhammad SAW.
Pelajaran Penting Isra Mikraj
Oleh karena itu, mestinya poin penting dalam memperingati peristiwa Isra Mikraj adalah momen untuk makin mengokohkan keyakinan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sampainya Rasul ke Sidratul Muntaha, dalam hitungan sederhana, jika Sidratul Muntaha itu ada di ujung semesta yang bisa diamati jaraknya kurang lebih 4.5 triliun kali kecepatan cahaya. Jadi, tidak mudah memahami Isra Mikraj.
Maka, poin penting yang harus dicatat dalam setiap peringatan Isra Mikraj adalah bagaimana umat Islam meningkatkan keimanan, layaknya imannya Abu Bakar.
Ia mengatakan bahwa, aku pasti akan mempercayai Nabi SAW., andai Nabi SAW, menceritakan sesuatu yang lebih dari itu.
Beriman Secara Kafah
Abu Bakar menunjukkan kepada kita cara mempercayai perkara akidah, yaitu bertumpu pada dalil.
Abu Bakar bertumpu kepada Nabi Allah, tetapi jika hari ini Nabi Muhammad SAW., sudah tidak ada maka kita bertumpu pada apa yang datang dari Nabi.
Yaitu, Alquran dan hadis. Oleh karena itu, peristiwa Isra Mikraj hendaknya mengokohkan keimanan kita.
Ketika mengambil Islam janganlah seperti kita mau prasmanan. Pilih-pilih sesuai selera manusia.
Tetapi, ambillah Islam itu secara kafah. Sebagaimana difirmankan Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 208). Wallahu a’lam bishshawab.