OPINION, ruber.id – Mengagungkan Perintah dan Larangan Allah. Tujuan dari ubudiyah, adalah menyerahkan diri dan tunduk kepada Allah dengan penuh cinta serta perasaan rendah diri.
Mengagungkan perintah dan larangan, berarti mengagungkan Sang Pencipta, sebagaimana tersebut di dalam firman-Nya:
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. (TQS. Al-Hajj: 30).
Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (TQS. Al-Hajj: 32).
Sebab Keengganan Mengagungkan Perintah Allah
Menyebarnya maksiat dan merebaknya kemungkaran di negara-negara muslim saat ini. Tidak lain, karena lemahnya iman dan keengganan untuk mengagungkan perintah serta larangan Allah SWT.
Mengagungkan perintah dan larangan Allah berarti berhenti pada batasan-batasan nash syariat dan berpegang teguh. Dengan apa yang diinginkan serta petunjuk-petunjuk nash tersebut. Untuk kemudian, ‘menggigitnya dengan gigi geraham’.
Satu-satunya sikap yang patut ditunjukkan oleh orang yang beriman terhadap perintah Allah dan perintah Rasulullah hanyalah mengagungkan dan melaksanakannya.
Allah SWT berfirman: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin. Apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (TQS. Al-Ahzab: 36).
Memperoleh Kelurusan Hati
Imam Ibnu Al-Qayyim berkata, “Kelurusan hati itu bisa diperoleh dari dua hal. Pertama, ketika kecintaan kepada Allah lebih diutamakan dari kecintaan terhadap sesuatu yang lain.”
“Dan kedua, dengan mengagungkan perintah serta larangan yang mana sikap ini muncul dan berasal dari pengagungan seorang hamba terhadap Dzat yang mengeluarkan perintah dan larangan.”
“Sesungguhnya, Allah SWT mencela orang yang tidak mengagungkan-Nya dan tidak mengagungkan perintah serta larangan-Nya dengan berfirman, ma lakum la tarjuna lillahi waqaran.” (QS. Nuh : 13).
Para ulama menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa maksudnya adalah: “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?”
Tanda Orang yang Memuliakan Perintah Allah
Imam Ibnu Al-Qayyim kemudian berkata: Tanda bahwa seseorang memuliakan perintah-perintah Allah adalah: ia menjaga waktunya dan batasan-batasannya.
Kemudian memeriksa rukun-rukunnya, memerhatikan hal-hal yang wajib, memeriksa kesempurnaannya.
Berusaha untuk selalu memperbaikinya, mengerjakan sesuai waktunya, dan bersegera melaksanakan perintah apabila sudah memasuki waktu wajibnya.
Orang yang memuliakan perintah Allah juga akan bersedih, nelangsa, dan merasa sangat rugi ketika lalai memenuhi salah satu haknya.
Tanda Orang yang Mengagungkan Larangan Allah
Adapun tanda orang yang mengagungkan larangan Allah. Menurut Ibnu Al-Qayyim dapat diringkas menjadi berikut:
- Berusaha menjauhi hal-hal yang menyebabkan dan mengarah pada perbuatan terlarang. Dan menjauhi segala sarana yang dapat mendekati sesuatu yang terlarang.
- Marah karena Allah SWT jika larangan-larangan-Nya dilanggar, dan merasa sedih serta sakit hati. Apabila Allah ditentang di bumi-Nya dan tidak ditaati dengan cara menegakkan hukuman serta perintah-perintah-Nya. Sedangkan ia, tidak mampu berbuat apa pun menghadapi semua kemungkaran tersebut.
- Tidak berlebihan dalam mengambil rukhsah. Sehingga, sampai melenceng dan tidak sesuai dengan manhaj yang lurus.
- Tidak mencari-cari alasan untuk melemahkan rasa ketundukan dan penyerahan diri pada perintah Allah SWT. Tetapi, menyerahkan diri pada perintah Allah dan hukum-Nya. Dengan selalu siap menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Baik perintah atau larangan Allah itu, terdapat hikmah atau tidak menurutnya.
Semoga kita selalu bisa mengagungkan perintah dan larangan Allah. Wallahu a’lam bishshawab.