Cinta Itu Fitrah

Cinta Itu Fitrah
Foto ilustrasi from Istockphoto

OPINION, ruber.id – Cinta Itu Fitrah. “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan.”

“Berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang.”

“Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (TQS. Ali-Imran: 14).

Manusia dikaruniai naluri berkasih sayang untuk melanjutkan keturunan (gharizatun nau’).

Tidaklah salah merasakan cinta, karena itu merupakan anugerah-Nya.

Yang salah atau tidak itu, adalah cara penyalurannya. Cara menyikapinya itu adalah pilihan.

Menyikapi Cinta

Cara menyikapi inilah, yang akan ternilai pahala atau dosa.

Jika menyikapinya dengan benar, yaitu dengan jalan yang halal, maka akan diganjari pahala yang besar.

Jika tak bisa menyikapinya dengan benar, yaitu memilih jalan yang diharamkan, maka baginya dosa sesuai perbuatan.

Baca juga:  Menata Kembali Arah Perjuangan Muslimah

Islam telah memfasilitasi naluri berkasih sayang ini dengan jalan yang penuh kemuliaan, yaitu pernikahan.

Agar manusia tak tersiksa dalam rasa, karena setiap naluri membutuhkan penyaluran.

Pernikahan, disiapkan agar manusia tak terjerumus ke dalam lubang dosa yang besar.

Berpuasa Jika Belum Mampu

Namun jika belum mampu, disarankan untuk saum/puasa.

Menyiapkan terlebih dahulu. Memantaskan diri serta meraup sebanyak-banyaknya ilmu dan bekal untuk menuju pernikahan.

Menahan dalam berpuasa penuh kemuliaan, agar berbuka saat menikah akan menjumpai nikmat dan keberkahan.

Sebagaimana berpuasa menahan lapar, saat berbuka pasti akan terasa lebih nikmat.

Namun, jika makan sesudah kenyang, tak akan lagi terasa makanan yang lezat.

Orang yang berpuasa, bau mulutnya bagai wangi kesturi, setiap geriknya ibadah, bahkan tidurnya pun menjadi ibadah.

Begitu pun orang yang berpuasa saat belum mampu menikah, menahan dalam penantian menjadi amal saleh tersendiri baginya.

Baca juga:  Menekan Angka Pengangguran Sumedang dengan Kewirausahaan Digital

Penantian dan ikhtiarnya menuju pernikahan, mengalirkan pahala.

Menjomblo Karena Allah

Jika belum mampu menikah, berpuasalah atau menjomblo karena Allah.

Agar menjomblo menjadi amal ibadah dan kelak menikah menjadi berkah.

Dalam kesendirian menjadi kebaikan, mendapat pasangan hidup pun menjadi kebaikan.

Daripada pacaran, sudah jelas dosa. Selama menjalin hubungan haram ini, selama itu pula mengalir dosa-dosa.

Islam, tak pernah mengajarkan hubungan pacaran.

Agama Rahmatan lil Alamin ini, melarang segala macam ikhtilat atau khalwat. Yaitu, berkumpulnya lelaki dan perempuan bukan mahram yang memberikan peluang maksiat.

Islam Muliakan Manusia

Agama Islam, telah memberikan jalannya sendiri, agar terjaga kehormatan dan kemuliaan manusia.

Islam, menjaga interaksi dengan lawan jenis agar tidak terjerumus dalam petaka.

Karena Islam, memanusiakan manusia dan memuliakan manusia.

Baca juga:  Banjir Terus Berulang-ulang, Solusi Tak Kunjung Datang

Sedangkan hubungan yang hanya berdasarkan asas suka sama suka dan merasa cinta, kemudian bebas menyalurkannya, bukankah itu adalah perilaku hewan?

Karena itu, Islam memberikan solusi, memfasilitasi dengan jalan pernikahan. Agar manusia, tidak sama seperti hewan.

Menjemput Ridha Ilahi

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur ayat 21: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri.”

“Aagar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.”

“Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Maka dari itu, mari kita mempersiapkan diri menjemput ridha ilahi. Tidak mengotori fitrahnya cinta suci. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishshawab.