Menjadi Pemuda Takwa Berakhlak Mulia

Menjadi Pemuda Takwa Berakhlak Mulia
Tawati, Aktivis Muslimah dan Revowriter Majalengka. ist/ruber.id

OPINI, ruber.id – Sangat miris dan mengelus dada mengikuti berita yang dikabarkan media, terkait perilaku tidak terpuji beberapa pemuda. Seperti yang terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat beberapa hari yang lalu.

Dua pemuda diamankan Satreskrim Polres Tasikmalaya, karena diduga telah menyiksa dan memutilasi monyet jenis ekor panjang dan lutung.

“Keduanya, sengaja melakukan tindakan keji pada monyet ini hanya untuk membuat konten video. Yang kemudian, video tersebut dijual,” kata Kapolres Tasikmalaya AKBP Suhardi Hery. (Selasa, 13/9/2022).

Mengapa semua ini bisa terjadi? Apakah mereka sudah kehilangan akal sehatnya atau telah rusak naluri kasih sayangnya?

Hanya demi sebuah konten, dua pemuda ini seperti kehilangan rasa kemanusiaannya.

Tidak ada rasa empati terhadap sesama makhluk Allah SWT, hingga rela menganiaya hewan tidak berdosa dengan begitu kejamnya.

Efek Kapitalisme

Kapitalisme rusak dan merusak. Itulah sebutan yang tepat untuk sistem yang sekarang sedang mendominasi kehidupan manusia.

Kapitalisme, telah merampas dan merusak nilai-nilai kemanusiaan. Ideologi yang menuhankan materi.

Segala sesuatu, diukur dengan capaian uang dan uang.

Dalam implementasinya, kapitalisme yang akidahnya adalah sekularisme (pemisahan aturan agama dari kehidupan) telah melahirkan liberalisme.

Kebebasan berperilaku, menyebabkan lahirnya orang-orang yang liar. Tidak mengenal batas halal dan haram.

Sistem sekuler, memberi ruang kebebasan pada remaja dalam berperilaku yang mencabut fitrah manusia.

Baca juga:  Ratusan Siswa SD se Kabupaten Sumedang Ikuti Babak Penyisihan OMSI ke 4

Menerapkan sistem ini dalam kehidupan, adalah pangkal dari semua penderitaan dan akan menjerumuskan pada kesengsaraan di dunia dan kerugian abadi nanti di akhirat.

Aturan Islam

Sedangkan aturan Islam, memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia karena berasal dari Allah SWT.

Pencipta manusia, yang Maha Mengetahui apa yang tepat untuk manusia, yang menganugrahkan akal dan fitrah kepada manusia.

Saat memutuskan untuk bertindak, seseorang dipengaruhi oleh cara pandangnya dalam menilai perbuatan itu baik (khair) ataukah buruk (syarr).

Bagi manusia pada umumnya, standar pandangan baik dan buruk adalah mendatangkan manfaat atau mudarat (bahaya) menurut manusia itu sendiri.

Tindakan dua pemuda tadi menunjukkan bahwa, standarnya adalah manfaat baginya semata, yakni memperoleh keuntungan.

Padahal, sebagai seorang muslim, selayaknyalah untuk menyandarkan setiap perbuatannya terikat dengan hukum syara, bukan akalnya.

Penentu suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah rida Allah.

Jika Allah tidak rida, manusia wajib meninggalkannya.

Jadi sebelum melakukan sesuatu, sudah sepatutnya seorang muslim mencari tahu hukumnya terlebih dahulu.

Terkait perlakuan terhadap hewan, Islam sangat menyayangi hewan.

Selama tidak ada dalil yang membolehkan binatang itu dibunuh, Islam mengharamkannya.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Salah satu perlakuan Islam terhadap hewan, dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Baca juga:  Perempuan Terjaga dan Terlindungi dalam Islam

Muhammad bin Ishaq berkata; “Telah bercerita kepadaku sebagian sahabat kami yang mengatakan, ‘Kami pernah bersama Umar bin Abdul Aziz di jalanan Makkah, kemudian seekor anjing datang.”

“Maka, Umar mencabut (bagian) bahu (atau paha depan) kambing(nya), lalu memberikannya kepada anjing tersebut.’ Dikatakan, ‘Orang-orang yang bersamanya mengatakan, ‘Sesungguhnya anjing itu mahrûm.’.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, Riyadh: Dar Thayyibah, 1999, juz 7, h. 419)

Ada juga kisah Khalifah Umar bin Khaththab yang tidak sengaja membuat burung pipit mati dipatuk ular.

Atas kesalahan itu, beliau rela menerima hukuman membayar diat sebesar satu ekor kambing.

Dari kisah di atas, gamblang menggambarkan bahwa Islam mewajibkan seorang muslim untuk berperilaku baik pada hewan.

Harus Dibarengi dengan Kepribadian Islam

Remaja dengan proses berkembangnya pola pikir jika tidak dibarengi dengan pemahaman kepribadian Islam yang benar. Maka, tidak akan memiliki pegangan yang kuat, cenderung mudah goyah, bertindak sesuai dengan keinginan.

Padahal, Allah selalu melihat apa yang kita perbuat. Tanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Selain itu, jadikan sunah-sunah Nabi Muhammad beserta sahabat-sahabatnya sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.

Sibukkan diri dengan sering mengaji Alquran, bergabung dengan komunitas-komunitas remaja yang positif. Bergaul dengan kawan yang shalih agar bisa mengambil manfaat dari kebaikan serta keshalihannya.

Baca juga:  Keutamaan Cinta karena Allah

Beribadah sebagai penyempurna akidah juga bisa membentuk kepribadian Islam dalam diri.

Membiasakan salat berjemaah di masjid, berpuasa sunah maupun wajib dan ikut pengajian-pengajian Islam. Akan menjadikan kita, bisa mengontrol diri dari kemaksiatan dan memiliki keterikatan kepada syariat Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naunganNya:… dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah…” (HR. al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).

Hadis ini menjelaskan, besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi remaja Muslim.

Selain itu juga, memberikan motivasi kepada para remaja yang bertakwa bahwa kelak mereka menjadi salah satu golongan yang akan dinaungi oleh Allah SWT dalam Arsy-Nya.

Sosok remaja inilah yang dicintai oleh Allah yang berhasil mengalahkan nafsu-nya dan lebih memilih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Maka dari itu, jadilah pemuda takwa berakhlak mulia dengan keimanan kokoh kepada Rabb Pencipta. Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh: Tawati, Aktivis Muslimah dan Revowriter Majalengka.