Memperkuat Bisnis dan Ekosistem, Bank bjb Bersinergi dengan Bank Bengkulu

bank bjb Bersinergi dengan Bank Bengkulu

BERITA BANDUNG, ruber.id – Saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merubah pengelompokan perusahaan perbankan. Dari sebelumnnya, Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) menjadi Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI.

Pengelompokkan ini, berlaku untuk seluruh bank umum, Kantor Cabang Bank Luar Negeri (KCBLN), dan bank umum syariah.

Perubahan kategorisasi tersebut diatur dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 /POJK.03/2021. Tentang Bank Umum yang dirilis pada Agustus 2021 lalu, dan sebelumnya telah disahkan pada 30 Juli 2021.

Meski terdapat perubahan, OJK menjamin bahwa kategorisasi yang baru tidak akan membebani perbankan dalam menjalankan usahanya.

Bahkan, membuka peluang bagi perbankan untuk saling berbagi infrastruktur untuk menciptakan perbankan yang lebih kuat dan efisien.

Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi mengatakan, dengan adanya POJK 12 ini dapat mempermudah perbankan dalam mengembangkan bisnisnya.

Baik untuk melakukan transformasi dan akselerasi digitalisasi, maupun sinergi perbankan yang dapat meningkatkan efisiensi bagi operasional perbankan.

Baca juga:  Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1440 Hijriah, Rabu 5 Juni 2019

Salah satu bentuk implementasinya, pada hari Selasa, 11 Januari 2022 di Jakarta, Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi.

Bersama, Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank Bengkulu Ikhwanul Okti, beserta Komisaris Utama Independen Bank Bengkulu Ridwan Nurazi, telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk bersinergi.

Sinergi ini xalam rangka pengembangan usaha kedua belah pihak, sinergi yang akan dilakukan tidak terbatas pada penggunaan infrastruktur bersama.

Khususnya teknologi informasi, pengembangan sumber daya manusia, likuiditas, pembiayaan, bahkan permodalan mengingat Bank Bengkulu saat ini berada pada kelompok KBMI 1, dengan modal inti sebesar Rp1 trilliun, per September 2021.

Kedua bank ini kita ketahui memiliki kinerja yang baik, di mana, bank bjb sampai dengan September 2021 memiliki total aset hampir Rp160 trilliun, laba bersih sebesar Rp1.4 trilliun, dan tingkat NPL 1.3%.

Baca juga:  Peringati Hakordia 2021, BPJAMSOSTEK Ajak Seluruh Peserta Tumbuhkan Budaya Anti Korupsi

Sedangkan Bank Bengkulu, memiliki total aset sebesar Rp8.6 trilliun, laba bersih sebesar Rp73 milliar, dan tingkat NPL 0.88%.

Dengan bersinergi, tentu akan memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah pihak BPD tersebut.

“Bank bjb sangat terbuka untuk kolaborasi, tidak terbatas pada Bank Bengkulu saja. Tidak menutup kemungkinan, bank bjb akan bersinergi dengan BPD yang lainnya juga dalam waktu dekat.”

“Tentunya, sinergi yang dilakukan haruslah memberikan manfaat yang positif bagi kedua belah pihak. Jadi, dalam kerangka pengembangan bisnis bersama,” ujar Yuddy, Rabu (12/1/2022).

Diketahui, bank bjb merupakan BPD terbesar di Indonesia, dengan infrastruktur yang mumpuni.

Sehingga, infrastruktur tersebut dapat dimanfaatkan oleh BPD secara bersama-sama.

Sebagai contoh, kata Yuddy, untuk infrastruktur IT saat ini, bank bjb sudah memiliki produk-produk digital seperti DIGI dan DigiCash bank bjb, (QRIS).

Kemudian, bjb e-Tax, Social Fund Transfer untuk penyaluran dana Bantuan, Cash Management System, dan Loan Onboarding, untuk pengajuan kredit melalui aplikasi.

Baca juga:  Dukung Pemulihan Ekonomi, bank bjb Fasilitasi SBR 011

Lalu, kata Yuddy, ada bjb University yang merupakan Corporate University bank bjb pun, dapat dipergunakan untuk pengembangan SDM bersama.

“BPD yang bersinergi, tentunya dapat memanfaatkan hal-hal tersebut secara bersama-sama untuk efisiensi,” kata Yuddy.

Yuddy menyebutkan, dengan dilakukannya sinergi, dari sisi kemampuan pembiayaan akan meningkat.

Mengingat, kata Yuddy, bank bjb dengan modal yang jauh lebih besar akan mampu menyerap kebutuhan kredit, dengan nilai yang lebih besar.

Misalnya, untuk pembangunan infrastruktur daerah maupun project strategis yang ada di wilayah Bengkulu.

“Sehingga dengan begitu, dapat dilakukan pembiayaan bersama dengan Bank Bengkulu, tidak perlu kepada perbankan lain.”

“Hal ini, sejalan dengan penguatan peran BPD sebagai agen pembangunan daerah,” kata Yuddy.

Penulis/Editor: R003