Keutamaan Cinta karena Allah

Keutamaan Cinta karena Allah
Foto ilustrasi from Istockphoto

OPINION, ruber.id – Keutamaan cinta karena Allah. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat, ‘Manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?”

“Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari ini; hari yang tidak ada naungan selain naungan-Ku.” (HR. Muslim)

Dalam pertemanan, hawa nafsu selalu membujuk manusia untuk mencari selain ridha Allah.

Karena, mencari keduniaan memang merupakan kecenderungan jiwa manusia.

Melawan Hawa Nafsu

Orang yang bisa saling mencintai karena Allah, berarti mereka telah berhasil memaksa jiwanya melawan hawa nafsunya. Kecintaan dan kasih sayang mereka hanya untuk tunduk kepada ridha Allah, tanpa memikirkan tujuan keduniaan.

Baca juga:  Kontestasi Pemilu 2019 dan Tasawuf Politik

Manusia akan bisa saling mencintai karena Allah ketika mereka bisa berteman di bawah perlindungan Allah secara maknawi saat di dunia.

Yaitu menundukkan hati mereka untuk menaati Allah, selalu mendahulukan keridhaan-Nya, serta mencari apa yang ada di sisi-Nya.

Sehingga, mereka akan berkumpul pada hari kiamat di bawah naungan Allah yang sebenarnya, yaitu di bawah ‘Arsy-Nya.

Berkumpul dan Berpisah karena Allah

Dalam hadis yang lain disebutkan, “Keduanya berkumpul dan berpisah hanya karena Allah.”

Maksudnya, mereka berkumpul karena Allah sampai mereka berdua dipisahkan oleh kematian, atau salah satu dari mereka berpisah.

Hadis ini juga mengandung pengertian bahwa persahabatan keduanya dilakukan karena Allah.

Jika di antara mereka berpaling dari tujuan persahabatan yang sebenarnya (mencari ridha Allah), maka ia akan meninggalkannya. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Fathul Bari: Syarh Shahih Al-Bukhari).

Baca juga:  Islam Lahirkan Generasi Bercita-cita Luhur

Lantas, siapakah yang dimaksud dengan “orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?”

Saling Cinta karena Keagungan Allah

An-Nawawi Rahimahullahu menerangkan: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencari tujuan agar bisa lebih menaati Allah;”

“Agar bisa saling mengingatkan untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya (ber-tawashau bil haqq). Dan bukan karena tujuan keduniaan (meraih harta, pangkat, kedudukan, wanita, dan sebagainya).”

Al-Qadhi Iyyadh rahimahullahu berkata: “Penyandaran lafal Azh-Zhill (naungan) kepada Allah mengandung arti kepemilikan.”

“Karena setiap naungan adalah milik Allah dan merupakan ciptaan dan kekuasaan-Nya.”

“Dan yang dimaksud dengan naungan di sini adalah perlindungan di bawah ‘Arsy-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis lain yang menerangkan hal tersebut.

Baca juga:  Adakah Keterkaitan antara Usaha dan Rezeki?

Sedangkan yang dimaksud dari “hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya.” adalah hari kiamat;

Ketika semua manusia berdiri untuk menghadap Allah, Rabb semesta Alam, dan ketika itu matahari direndahkan di atas kepala mereka. Dan panasnya semakin bertambah hingga menyebabkan banjir keringat.” Wallahu a’lam bishshawab.