Kerusakan Generasi karena Persoalan Sistemik

Kerusakan Generasi karena Persoalan Sistemik
Foto ilustrasi from Istockphoto

OPINION, ruber.id – Kerusakan generasi muda pada hakikatnya disebabkan beberapa faktor yang berjalin berkelindan, tak bisa dipisahkan.

Bukan sekadar masalah keluarga atau pendidikan saja, melainkan juga melibatkan faktor-faktor lain.

Seperti sosial, ekonomi, budaya dan politik yang menjadi lingkungan bagi keluarga dan institusi pendidikan.

Dengan demikian, kita bisa katakan bahwa persoalan generasi ini adalah persoalan sistemik.

Yang bila kita cermati dari tiga pilar pendidikan, nampak bahwa ada benang merah yang menghubungkan ketiganya sebagai sebuah sistem.

Ketiga pilar tersebut, adalah sebagai berikut.

Keluarga

Sistem hidup masyarakat hari ini yang didominasi oleh paham kapitalisme, telah menempatkan materi sebagai standar kebahagiaan keluarga. Akibatnya, keluarga miskin visi pendidikan.

Hidup mereka didominasi upaya untuk sekadar mengumpulkan harta dan bagaimana menghabiskannya untuk hidup sesaat.

Baik suami atau pun istri, keduanya disibukkan oleh kerja dan karir.

Baca juga:  [OPINI] Ketimpangan antara Pembangunan dan Penanaman

Bahkan, menjadikannya sebagai tujuan hidup. Namun, ada juga yang terdorong oleh kebutuhan dan keterpaksaan.

Dengan kondisi seperti ini, ketahanan keluarga menjadi rapuh. Kapan pun institusi keluarga bisa hancur.

Yang potensial menjadi korban, adalah anak.

Bagaimana bisa lahir generasi berkualitas, generasi cemerlang dari pendidikan keluarga semacam ini?

Edukasi Publik

Kedua yaitu, edukasi publik dijalankan di tengah masyarakat melalui media massa dan sosial media.

Seharusnya, edukasi publik mampu untuk mengkover materi-materi pendidikan yang tak tersampaikan.

Baik di dalam keluarga maupun di institusi pendidikan atau memperkuat fakta-fakta kehidupan riil.

Media massa, seharusnya menguatkan suasana keimanan juga ketaatan masyarakat terhadap Islam dan hukum-hukumnya.

Namun dalam sistem kapitalis hari ini, edukasi publik telah menjadi sarana menjajakan gaya hidup materialis dan hedonis.

Gaya hidup yang mengutamakan kesenangan dan kenikmatan materi ini, adalah sarana bagi kaum kapitalis untuk memastikan barang-barang produksi mereka laris manis di pasaran.

Baca juga:  Pentingnya Edukasi Masyarakat dalam Percepatan Penanganan Virus Berbahaya, Covid-19

Lihatlah, bagaimana liciknya kaum kapitalis merekayasa keinginan menjadi kebutuhan melalui edukasi publik.

Gadget, fashion, aksesoris sampai kuliner, menjadi kebutuhan umum. Terutama, para pemuda setelah diiklankan oleh artis-artis idolanya.

Apapun yang dipakai sang idola, diburu tanpa pertimbangan kebutuhan lagi.

Institusi Pendidikan

Sistem pendidikan yang diterapkan dalam institusi pendidikan, adalah sistem pendidikan sekuler.

Kurikulum yang diterapkan, adalah kurikulum sekuler.

Artinya, materi dan metode pengajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam didesain untuk menjadikan Islam sebagai pengetahuan saja, ini di satu sisi.

Di sisi lain, jam mata pelajaran pendidikan agama sangat minimalis, 3 jam hingga 4 jam dalam sepekan.

Akhirnya, Allah SWT dipahami sebatas gagasan kebaikan sebagaimana anggapan Barat terhadap konsep ketuhanan.

Para pelajar tidak sampai pada pemahaman konsep keridhoan Allah SWT, sebagai standar kebahagiaan tertinggi yang harus diraih.

Baca juga:  Meluruskan Ungkapan Hubbul Wathan Minal Iman, Ternyata Dipopulerkan Misionaris Kristen

Aspek kemaslahatan tetap menduduki posisi lebih tinggi, dari pada konsep halal haram dalam men-standarisasi aktivitas.

Islam, hanya dipahami sebagai agama yang mengatur urusan akhirat.

Bukan sebagai sistem kehidupan yang mengatur, dan memberikan solusi atas setiap persoalan kehidupan manusia.

Dari pemaparan di atas, nampak betapa tiga pilar pendidikan menjadi rapuh.

Karena, masuknya ideologi kapitalisme beserta anak-anaknya: liberalisme dan sekulerisme.

Selama sistem kapitalisme yang mendominasi, selama itu pula semua persoalan kerusakan generasi yang terjadi tidak akan bisa terselesaikan secara tuntas.

Wahai kaum muslimin! Sudah waktunya kita berpaling dari sistem kapitalisme-sekulerisme.

Dan kembali pada Islam, yang telah Allah jadikan sebagai solusi bagi setiap permasalahan kehidupan. Wallahu a’lam bishshawab.