Sejarah Panjang Perjalanan Bus Medal Sekarwangi, Eksis Berkat Fanatisme Penumpang Sumedang

BAGIAN 3 (Habis). SUMEDANG, ruber.id – Meski sempat diterjang badai krisis moneter 1998. Dan pada tahun 1996 ditinggal wafat perintis sekaligus pimpinan perusahaan, H Atang Sobandi. Namun, Bus Medal Sekarwangi tetap eksis.

Ini, tak lepas dari komitmen pimpinan baru perusahaan yakni H Atep Gunawan Sobandi yang menginginkan agar Medal Sekarwangi tetap beroperasi.

Pimpinan Harian PO Medal Sekarwangi Hendi Kusmara menyebutkan, meski sejak saat itu perusahaan terus mengalami kemunduran.

Teknologi Pengaruhi Perkembangan Usaha Transportasi Tanah Air

Memasuki awal tahun 2000-an, usaha angkutan bus terus mengalami penurunan, imbas kemajuan teknologi dan pengaruh faktor psikologis penumpang. Tapi, Medal Sekarwangi terus berupaya memberikan pelayanan dan servis terbaiknya kepada tiap penumpang.

“Kemajuan teknologi informasi yang memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi menjadi faktor utama kelesuan usaha pada jalur angkutan bus. Psikologis penumpang yang berubah juga makin memperburuk keadaan.”

“Namun begitu, hal ini justru menjadi angin segar bagi tumbuhnya perusahaan jasa travel. Sehingga wajar, saat ini banyak sekali perusahaan baru di bidang jasa travel bermunculan,” sebutnya.

Meski begitu, kata Hendi, dengan berbagai tantangan yang ada dan kondisi perusahaan yang terus mengalami penurunan. Seperti jumlah trayek yang terus berkurang, jumlah armada bus yang beroperasi kian sedikit, tapi berkat fanatisme penumpang asal Sumedang, Medal Sekarwangi tetap ada. Medal Sekarwangi tepat menjadi teman bagi warga dalam menempuh perjalanan Sumedang-Jakarta dan sebaliknya.

Baca juga:  Ngudag Tapak, Katara Badranaya Ajak Generasi Milenial Tasikmalaya Susuri Tempat Bersejarah

Trayek dan Karyawan Berkurang

Hendi menuturkan, trayek yang tersisa yakni jurusan Wado-Jakarta, Wado-Bandung, Bantarujeg-Bandung. Lalu, Wado-Bekasi, Sumedang-Depok, Cikijing-Jakarta, dan Sumedang-Tangerang.

Sementara, total karyawan di kantor Sumedang, Bandung, dan Jakarta berjumlah 60 orang. Awak bus 252 orang, dan total bus yang masih beroperasi sebanyak 75 armada, ukuran besar dan medium.

Amalkan Trisakti, Medal Sekarwangi Akan Tetap Terlihat di Jalanan

Hendi mengatakan, meski kondisi Medal Sekarwangi hanya mampu mencapai titik balance antara pendapatan dengan pengeluaran. Disebabkan antara pengeluaran untuk pemeliharaan kendaraan, pembelian spare part dan kesejahteraan para awak busnya. Tapi, perusahaan tetap mengupayakan agar tiap tahunnya mampu melakukan peremajaan armada bus.

“Meski kondisi usaha saat ini dari hari keharinya kian lesu tapi saya pribadi mengharapkan agar Medal Sekarwangi bisa tetap eksis seperti yang diinginkan (Alm) H Atang Sobandi. Beliau menginginkan agar Medal Sekarwangi tetep aya tur katingali di jalan (Tetap ada dan terlihat di jalan),” katanya.

Baca juga:  Aspendi Jabar Minta Bupati Sumedang Longgarkan Aturan Resepsi Pernikahan

Untuk tetap menjaga eksistensi dan kelangsungan usahanya, kata Hendi, Medal Sekarwangi senantiasa mengamalkan motto yang diwariskan perintis yakni Trisakti. Atau tiga unsur dasar yaitu menjiwai, introspeksi (Koreksi diri), dan keadlian.

Menjiwai, kata Hendi, dalam arti seuruh awak Medal Sekarwangi mulai dari pucuk pimpinan hingga sopir harus mempunyai rasa memiliki akan perusahaan. “Bahwa ini, rumah sekaligus dapur bagi seluruh awak,” urai Hendi.

Kemudian koreksi diri, yakni tiap awak harus berani menerima segala kekurangan dan mengakui kesalahan. Sehingga mampu belajar dari pengalaman. Selanjurnya, Medal Sekarwangi, dalam menjalankan usahanya harus memenuhi rasa keadilan. Sadar antara hak dan kewajibannya masing-masing.

Fanatisme Warga Sumedang akan Medal Sekarwangi

Sementara itu, soal fanatisme penumpang Bus Medal Sekarwangi, salah seorang sopir Tupah Supandi, memiliki cerita tersendiri. Katanya, sejak kali pertama menjadi bagian dari Medal Sekarwangi pada tahun 1981, fanatisme penumpang asal Sumedang itu telah ada.

“Bukan sekali dua kali, saya mendengar warga asal Sumedang yang bekerja di Jakarta mengatakan kalau di Jakarta melihat Bus Medal Sekarwangi lewat, mereka suka rindu dan jadi sangat ingin pulang ke Sumedang. Kata yang lainnya lagi, katanya, kalau tersesat di Jakarta tinggal nyari Bus Medal Sekarwangi.”

Baca juga:  PDP, ODP, ODR, dan OTG Masih Tinggi, Warga Sumedang Diminta Tetap Waspada Corona

“Pasti bisa kembali ke Sumedang dan dari Jakarta ke Sumedang tidak akan bireuk (salah) naik Medal Sekarwangi pasti sampai. Bahkan, saat Lebaran, para penumpang selalu bercerita seperti itu, bangga dan merasa sangat dihargai, itulah kesan-kesan saya selama menjadi sopir bus ini,” ucap Tupah tahun 2012 lalu.

Tupah berharap, ke depan, Medal Sekarwangi tetap ada meski nantinya, ia harus kembali kepangkuan Illahi. Dengan usia setua ini, saya masih dipercaya mengemudikan bus trayek Sumedang-Jakarta. Mungkin ini satu penghargaan dari perusahaan yang sangat saya syukuri.”

“Meski begitu, selama saya di sini, perusahaan pun tak pernah rewel terhadap saya. Justru, saya yang harus berterima kasih, karena dengan bekerja di sini saya bisa hidup layak bersama keluarga. Harapannya, meski saya telah tiada, Medal Sekarwangi harus tetap ada sampai kapan pun,” kenang Tupah. (R003/Arsip ruber.id)

Baca BAGIAN 2: Sejarah Panjang Bus Medal Sekarwangi, Tetap Eksis di Tengah Badai Krisis

Baca BAGIAN 1: Sejarah Panjang Perjalanan Bus Medal Sekarwangi, dari Hasil Bumi Lahirlah Bis Peristiwa