KAWALI, ruber.id – Ucapan yang dilontarkan Ridwan Saidi menyakiti hati seluruh elemen di Ciamis, Jawa Barat.
Dalam kesempatan wawancara wartawan Ciamis dengan Ridwan Saidi, tokoh asal Betawi ini juga menyatakan bahwa nama Ciamis lebih tua dari nama Galuh.
Nama Ciamis, kata Ridwan Saidi, sudah ada sejak 3.000 tahun lalu. Nama Galuh sendiri, muncul kemudian setelah nama Ciamis.
Nama Ciamis, kata Saidi, dibawa etnis Astronesia, diketahui garis peradaban dari Australia sampai Taiwan.
Di mana, asal mula katanya yaitu Amis hingga akhirnya namanya menjadi Ciamis
“Kalau nama Galuh itu munculnya baru. Jadi, lebih lama itu Ciamis, sudah ada sejak 3.000 tahun lalu,” ucap Saidi.
Ridwan Saidi menyatakan, apa yang disampaikannya ini tak lain sebagai upaya menjaga kebenaran sejarah.
“Sejarah yang ada sekarang salah, karena itu, perlu membangun Indonesia itu dari sejarah dan menjaga persatuan Indonesia juga.”
“Karena jelas, keberadaan sejarah Indonesia harus direkonstruksi secara gamblang.”
“Karena ada motonya, kalau ingin merusak bangsa rusaklah sejarahnya, jangan sampai seperti itu,” sebutnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Kecamatan Kawali Atus Gusmara mengatakan masyarakat yang benar-benar mencintai nama Galuh serta karuhun Galuh sangat tersakiti dengan semua pernyataan Saidi.
Sebab, kata Atus, berdasarkan penyelusuranya, setelah Kerajaan Tarumanagara dan Salakanagara dibagi dua menjadi Sunda dan Galuh.
Kedua kerajaan ini, kata Atus, dibatasi oleh Sungai Citarum.
Dari Sungai Citarum itu, beberapa kali berpindah dari mulai di Menir, Sungur, Purwa Galuh, Bojong Galuh hingga ke Kawali.
Bahkan, kata Atus, situs Astana Gede di Kawali sudah ditetapkan menjadi situs cagar budaya.
“Ini artinya, hasil penelitian arkeolog sudah sah. Jadi, semua ucapan Ridwan Saidi itu hanya penyesatan dari sejarah yang sebenarnya,” ujar Atus. (R012/Akrim)
Baca berita sebelumnya: Lawan Kong Ridwan Saidi, Status #GaluhPernahdanAkanTetapAda Viral