SUMEDANG, ruber.id — Tiga jenis penyakit tidak menular (PTM) ini lebih banyak menyerang kaum perempuan dari pada laki laki.
Ketiga jenis penyakit ini adalah hipertensi, Diabetes Melitus (DM), dan hypercolesterol.
BACA JUGA: Bidan di Sumedang Diminta Tekan Kasus Kematian Ibu, Bayi dan Stunting
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dr Reni K Anton menyebutkan, hasil deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular yang dilalukan di 75 desa meliputi 15 puskesmas di 15 kecamatan menunjukkan bila kaum perempuan lebih dominan terserang ketiga penyakit tersebut.
Reny menjelaskan, untuk hipertensi misalnya, dari 4931 perempuan yang diperiksa, ternyata 309 orang atau sekitar 6.66% positif hipertensi.
Sedangkan, kata Reny, untuk laki-laki, dari 895 orang yang diperiksa ternyata hanya 5.8% atau 52 orang yang positif.
Untuk DM, kata Reny, dari 4931 orang yang diperiksa ternyata 1553 orang atau sekitar 31.49% positif dan untuk kaum laki’laki dari 895 orang yang diperiksa, sebanyak 17.094 % atau 153 positif.
Kemudian, kata Reny, untuk hypercolesterol, perempuan juga mendominasi di mana dari 4931 yang diperiksa sebanyak 417 orang atau 8.4% fositif.
Sedangkan untuk laki-lakinya, dari 895 orang yang diperiksa hanya 38 orang atau 4.24% yang positif.
Reny menyebutkan, untuk saat ini, ketiga PTN ini ternyata bukan hanya menyerang kalangan orang tua, namun anak muda, rentang usia 15-19 tahun juga sudah ada yang menderita.
Reny menjelaskan, ada beberapa penyebab kenapa kaum perempuan lebih banyak terserang 3 jenis penyakit tidak menular ini.
Di antaranya, kata Reny, karena kaum perempuan jarang berolahraga.
Kemudian, kata Reny, karena pengaruh hormonal. Di mana, tingjat hormonal perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.
Selain itu, lanjut Reny, asupan gula dan garam kaum perempuan lebih banyak dibanding pria.
Reny menambahkan, deteksi dini PRM, khususnya ketiga jenis penyakit ini penting dilakukan agar bisa dilakukan langkah antisipasi dengan menerapkan pola hidup sehat. dodi
Foto: KEPALA Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dr Reni K Anton. dodi/ruber.id
