CIAMIS  

Pasar Banjarsari Ciamis Mirip Kolam Ikan, Ini Kata Pengamat

BERITA CIAMIS, ruber.idIntensitas hujan yang cukup tinggi beberapa hari terakhir di Kabupaten Ciamis mengakibatkan ruas jalan di Pasar Banjarsari, Kecamatan Banjarsari tergenang.

Kondisi ini, membuat kenyamanan warga beraktivitas di Pasar Banjarsari, Ciamis menjadi terganggu.

Pedagang ikan di Pasar Banjasari, Khoiri, 46, mengeluhkan kondisi ini.

Menurutnya, kondisi ini menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Sehingga, berimbas pada turunnya pendapatan pedagang.

“Warga enggan melewati jalan menuju lokasi para pedagang. Karena, tak ingin kotor dan terkena air cileuncang,” katanya, Sabtu (17/1/2019).

Menurut Khoiri, kondisi jalan memang buruk dan dipenuhi lubang.

“Jadi, sudah biasa tergenang kalau hujan turun. Malah, kalau hujan lebat, jalan itu mirip kumpulan kolam ikan,” sebutnya.

Baca juga:  Rusak Parah, Warga Ciamis Blokade Jalan Desa dengan Pohon Pisang

Kondisi jalan tersebut, kata Khoiri, sebenarnya tak hanya dikeluhkan para pedagang, tetapi juga oleh para pembeli.

“Padahal, sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di area jalan itu.”

“Memang tidak parah, hanya motor terguling, atau pedagang yang terpeleset, tetapi kan tetap menganggu kenyamanan.”

“Entah sampai kapan jalan masuk menuju pedagang ini mau diperbaiki,” katanya.

Kata Pengamat Unpad

Menanggapi hal ini, Pengamat Ekonomi asal Universitas Padjadjaran Domy Sokara mengatakan, pasar tradisional sebenarnya banyak memberikan keuntungan. Yakni, melalui sistem retribusi dari para pedagang.

“Faktanya, pasar mampu berkontribusi sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah,” katanya kepada ruber.id, Sabtu (19/1/2019).

Selain itu, kata Domy, pasar tradisional juga merupakan sentra tumbuh kembang bagi usaha mikro kecil maupun menengah (UMKM).

Baca juga:  King Korba Nyelonong Masuk ke Rumah di Ciamis

“Pasar tradisional adalah tempat bagi pedagang kaki lima, pedagang eceran, hingga penjual yang bermodal dan beromset kecil,” ucapnya.

Sehingga, kata Domy, merupakan hal penting untuk menjaga dan merawat pasar tradisional.

“Di antaranya, dengan memperhatikan fasilitasnya. Termasuk, akses jalan yang mumpuni,” ungkap Domy.

Pasar tradisional, kata Domy, memang terkesan semerawut.

Tetapi, sebenarnya, di situlah terjadi interaksi langsung masyarakat. Sebagai akibat dari proses tawar menawar saat bertransaksi.

“Maka, bisa dikatakan, pasar tradisional merupakan ruang publik yang bebas.”

“Selain itu, memiliki kearifan lokal yang tidak dipunyai pasar modern.”

“Seyogianya, pemerintah daerah dapat memperhatikannya,” ucapnya.***