JAWA TENGAH, ruber.id – Kolam penampungan air dari sumber air atauĀ embung sangat diperlukan di Boyolali, Jawa Tengah.
Kehadiran embung akan membantu warga dalam mencukupi kebutuhan air bersih.
Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Boyolali membangun embung baru di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Kepala Desa Samiran Herman menyebutkan, pemilihan lokasi pembangunan embung yang berlokasi di atas, dan tidak mudah dijangkau ini memang memiliki tujuan tersendiri.
Selain itu, kata Herman, kehadiran embung tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan air warga ketika musim kemarau.
Embung Manajar ini, kata Herman, dibangun di atas lahan tanah kas desa.
“Harapan kami, kalau di atas, nantinya mudah untuk irigasi atau pengairan sawah yang ada di wilayah bawah,” katanya kepada ruber.id, Kamis (16/2/2020).
Herman mengatakan, embung ini dinamai Embung Manajar.
Embung, kat Herman, dibangun di atas lahan seluas 1.602 meter persegi.
Nantinya, embung akan menampung air dengan volume debit air jika penuh, mencapai 5.592 meter kubik.
“Sumber airnya sendiri berasal dari air hujan,” kata Herman.
Herman menjelaskan, Embung Manajar ini dibangun pada akhir Juni 2019, dan selesai pada Desember 2019.
Embung Manajar, lanjut Herman, dibangun menggunakan APBD Boyolali tahun 2019.
Adapun, kata Herman, total anggarannya mencapai Rp3.6 miliar. Akan tetapi, anggarannya hanya digunakan sebesar Rp2 miliar saja.
“Ini karena ada pertimbangan desain yang menyesuaikan kondisi geografis,” sebut Herman.
Herman menyebutkan, pertimbangan kondisi geografis yang tidak memungkinkan, sehingga terjadi perubahan desain pada embung yang akan dibangun.
“Karena desainnya berubah, jadi anggaran yang dikeluarkan pun lebih sedikit.”
“Jadi, dari total APBD yang telah dianggarkan sebelumnya, hanya digunakan Rp2 miliar saja. Dan sisanya, dikembalikan ke kas daerah,” ujar Herman
Pemdes Samiran, kata Herman, mengharapkan, kehadiran embung ini dapat dikembangkan.
Selain untuk pengairan, juga bisa untuk pengembangan sektor pariwisata.
Embung ini, kata Herman, layak dijadikan objek wisata karena berada di daratan tinggi dengan view panorama alam yang menawan.
“Dengan adanya pengembangan pariwisata di tempat ini, kami berharap, untuk pemberdayaan masyarakatnya bisa dimaksimalkan.”
Warga, lanjut Herman, juga memiliki inovasi untuk membentuk kelompok tani hutan.
Di mana, target utamanya yaitu pembibitan tanaman identik yang ada di sekitar lokasi embung.
“Selain itu, hari Sabtu dan Minggunya bisa sekalian melakukan pemeliharaan tanaman,” ujarnya. (R008/Jolar)
Baca berita lainnya: Tanam Paprika di Lereng Gunung Merapi, Upaya Pizza Hut Indonesia Tingkatkan Ekonomi Petani Boyolali