PANGANDARAN, ruber.id – Sosok almarhum Dedi Kurniadi yang akrab disapa Abud menyimpan berbagai kenangan bagi teman dan sahabatnya.
Abud merupakan sosok yang humoris dan pintar bergaul juga selalu memberikan kesan positif bagi lawan bicara saat berbincang.
Penulis, termasuk salah seorang yang sering berinteraksi dengan almarhum. Pertemanan dengan almarhum (Abud) terjalin saat masih menjadi Mahasiswa Ciamis di tahun 2007 silam.
Waktu itu, Abud salah seorang aktivis partai politik (Parpol). Jika ada agenda partai di Ciamis, Abud sering mengajak pertemuan sekedar hanya menikmati kopi di Alun-alun Ciamis.
Setiap berbincang dengan Abud selalu ada kenangan yang kesannya humor, dari mulai kehidupan pribadi hingga kehidupan sosial masyarakat.
Di suatu ketika, Abud pernah bicara di sebuah warung kopi milik Teh Yati di Alun-alun Ciamis kepada penulis.
Masyarakat dari daerah pilihan (Dapil) 5 dan 6 itu, kata Abud, kalau ingin membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) harus berangkat jam 04.00 WIB.
“Agar layanan dasar masyarakat terpenuhi, maka harus ada gerakan pemekaran kabupaten di wilayah Ciamis Selatan,” kata Abud dengan nada santai dan penuh kepastian saat itu.
Tak lama berselang setelah perbincangan itu, Abud sering terlihat sibuk bepergian menggunakan motor GL Max tanpa lampu yang sering disebut Si Brang-brang.
“Saya kerja dulu ya, membagikan surat undangan rapat Presidium Pemekaran Pangandaran,” ucap Abud waktu itu.
Kiprah almarhum nampak terlihat sangat semangat meski hanya menggunakan motor GL MAX butut.
Surat undangan rapat tersampaikan meskipun harus menuju ke daerah Langkaplancar dan Mangunjaya, bahkan Cimerak.
Pengiriman surat undangan rapat tersebut, bagi dirinya merupakan hal yang sangat penting.
Saat mengantarkan surat ke daerah (Langkaplancar) yang gelap dan jauh ke permukiman penduduk, ban motornya pecah.
Akibatnya, kurir surat penting pemekaran itu pun menikmati perjalanannya dalam kegelapan, tanpa penerangan lampu motornya.
Cerita lain, terungkap saat Abud mendapat mandat dari almarhum H.Yos Rosbi untuk mengundang almarhum Ustadz Jefri Al-Bukhori ke Jakarta.
Kala itu, Abud tidak tahu alamat lengkap yang harus ditujunya, hanya berbekal nomor Hp managemen Ustdz Jefri.
Saat dihubungi, nomor managemen tidak merespon yang akhirnya berinisiatif mengirim pesan singkat dengan bahasa Sunda.
“Nasib jalma ti kampung datang ka Jakarta, ari teu apal alamat kalah sasab siga kieu.”
“Nasib orang dari kampung datang ke Jakarta, tidak tahu alamat malah nyasar seperti ini.”
Nomor itu pun langsung menghubungi Abud dengan bahasa Sunda, “Saha ieu?” (siapa ini).
Abud merasa heran dan menjawab: “Gening di Jakarta aya anu bisa nyarita Sunda?” (Loh, di Jakarta ada yang bisa ngobrol Sunda).
Singkat cerita, Abud sampai di alamat yang dituju dengan dipandu melalui sambungan telepon itu.
Kemudian, Abud juga sempat berbincang dengan almarhum Sony Agusman (Sekretaris Presidium).
Dalam percakapannya: “Saha baé engké anu maot tiheula, ka anu hirup sing inget kana perjuangan babarengan, béré ciri ku aran jalan,” pesan Abud.
Menjelang tutup usia, Abud aktif kirim pesan melalui WhatsApp ke beberapa teman dan sahabatnya hanya ingin bertemu dan meminta maaf.
“Hayang panggih téh hayang sasalaman hungkul, hampura abdi bisi pondok umur,” ucap Abud waktu ditemui beberapa awak media.
Selamat jalan Dedi Kurniadi, karya dan perjuangan yang telah ditorehkan semasa hidup semoga bermanfaat ***
Penulis, Syamsul Ma’arif
BACA JUGA: Kurir Surat Penting Pemekaran Pangandaran Dedi Kurniadi Tutup Usia