Dampak Disposal Tol Cisumdawu di Cihamerang Diawasi Ketat, Prioritaskan Keselamatan Warga!

Disposal Tol Cisumdawu di Cihamerang Sumedang
Disposal Tol Cisumdawu di Cihamerang membentung aliran sungai hingga menjadi bendungan baru. Ist/ruber.id

NEWS, ruber.id – Bupati Sumedang H Dony Ahmad Munir, turun langsung meninjau dampak disposal Tol Cisumdawu di Cihamerang, Desa Sukasirnarasa, Kecamatan Rancakalong, Senin (8/12/2025).

Diketahui, disposal atau tanah buangan proyek Tol Cileunyi, Sumedang, Dawuan (Cisumdawu) di lokasi tersebut membendung aliran sungai hingga lokasi tersebut berubah menjadi bendungan.

Sekitar 8 hektare sawah dan lahan warga pun tenggelam akibat muka air yang terus meninggi akibat disposal di Sukasirnarasa tersebut.

Usai meninjau lokasi, Bupati Dony langsung menggelar rapat koordinasi di Pusat Pemerintahan Sumedang guna merumuskan langkah penanganan darurat.

Langkah cepat ini, menyusul kekhawatiran atas munculnya rongga tanah, rembesan air, serta potensi pergerakan tanah yang dikhawatirkan dapat memicu longsor.

Kondisi tersebut, dinilai berbahaya karena dapat mengancam struktur jalan tol di sekitar lokasi hingga permukiman warga.

Meski demikian, kondisi tanah di bawah permukaan hingga kini belum dapat dipastikan.

Baca juga:  Busi Motor Mati saat di Perjalanan, Berikut Tips dan Triknya

Hal ini, karena belum dilakukan pemeriksaan langsung oleh ahli geoteknik.

“Kami belum mengetahui kondisi pasti di bawah permukaan. Kekhawatirannya, air terus mencari celah lalu membentuk rongga baru. Ini yang perlu kita antisipasi,” ujar Dony.

Selain persoalan teknis bendungan, permukiman di bagian atas lokasi juga mulai menunjukkan tanda-tanda kerawanan longsor.

Karena itu, Dony menegaskan seluruh proses penanganan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan berfokus pada keselamatan warga.

Menurutnya, tahapan penanganan telah ditetapkan. Mulai dari pengeringan air, penataan lahan, hingga pembebasan lahan terdampak.

“Yang terpenting adalah memastikan keamanan warga. Itu prioritas kami,” tegasnya.

Kolaborasi Lintas Sektor

Bupati Dony menekankan bahwa penanganan Bendung Cihamerang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.

Seluruh instansi terkait, termasuk pemerintah daerah, Balai Besar, ahli geoteknik, hingga pengelola jalan tol, harus terlibat aktif.

Baca juga:  987 Mahasiswa Unsap Diberi Pembekalan KKN Tematik

β€œIni kerja bersama. Kita tidak ingin ada kejadian lebih besar hanya karena terlambat mengambil tindakan,” katanya.

Kepala Dinas PUTR Kabupaten Sumedang, Andri Indra melaporkan, akses menuju bendungan sudah mulai dibuka sejak pertengahan Oktober.

Tujuannya, untuk mempermudah masuknya alat berat dan pompa ke titik lokasi.

Dalam rapat koordinasi tersebut, diputuskan metode penanganan awal berupa pengeringan bertahap menggunakan pompa berkapasitas 500 liter per detik.

Namun, Andri menegaskan, proses pengeringan tidak boleh dilakukan terburu-buru.

Penurunan air yang terlalu cepat justru dapat memicu keruntuhan tanah atau longsoran baru.

Karena itu, diperlukan uji permeabilitas serta analisis laju penurunan air oleh ahli geoteknik.

Dengan kapasitas pompa tersebut, proses pengeringan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 16 hari, bergantung pada kondisi cuaca dan debit mata air yang masih aktif.

Baca juga:  Minggu, Puluhan Ribu Kendaraan Dihentikan di Sejumlah Wilayah Perbatasan Sumedang

Kendala Teknis

Tim di lapangan menemukan beberapa hambatan sejak pembukaan akses. Seperti tingginya curah hujan, kontur tanah yang labil, hingga kemunculan sinkhole berdiameter dua meter pada jalur teknis.

Sinkhole tersebut, kini telah ditutup sementara, namun area tersebut masih memerlukan stabilisasi tambahan.

Selain itu, struktur spillway lama masih mengalirkan air. Sehingga, metode penanganan harus menyesuaikan agar aliran tidak memperparah rongga di bawah tanah.

Pompa diperkirakan mulai beroperasi dalam beberapa hari setelah pemasangan plat baja untuk dudukan alat selesai dan kondisi tanah telah dinyatakan aman.

Sambil menunggu seluruh persiapan teknis rampung, tim ahli terus melakukan evaluasi terkait kekuatan tanah, arah aliran air bawah permukaan, serta potensi dampak jangka panjang terhadap infrastruktur dan lingkungan sekitar. ***