Banyak Perantau Pulang ke Garut Jelang Pilkades, Picu Kenaikkan Harga Elpiji 3 Kg

BERITA GARUT, ruber.id – Jelang Pilkades serentak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, banyak perantau pulag kampung ke daerah asal. Hal ini, ditengarai menjadi pemicu kenaikkan harga gas Elpiji 3 Kg (si melon) di sejumlah daerah di Kota Intan.

Kenaikkan harga gas si melon ini cukup variatif. Seperti misalnya di Kecamatan Bayongbong, dari harga normal Rp22.000 per tabung, naik menjadi Rp25.000-Rp27.000 per tabung.

Diketahui, Pilkades serentak di Kabupaten Garut akan berlangsung, Selasa (8/6/2021).

Warga Kecamatan Bayongbong, Nunung mengaku, selain harganya naik, si melon juga susah dicari. Dimungkinkan hal ini disebabkan banyaknya perantau yang mudik jelang Pilkades serentak, sehingga penggunaan si melon juga meningkat.

Baca juga:  Kang Emil: Kantor Desa Cinta Garut Terhebat Se-Jawa Barat

“Iya mungkin karena akan Pilkades jadi banyak warga Garut yang merantau pulang ke kampung. Jadi, gas melon harganya naik karena permintaannya juga tinggi,” katanya kepada ruber.id, Senin.

Selain di Kecamatan Bayongbong, sejumlah warga di kecamatan lain juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan Elpiji 3 Kg ini, karena adanya peningkatan pemakaian tersebut.

Akses Transportasi Sulit dan Kuota Elpiji 3 Kg Sedikit
Sementara, salah satu agen gas Elpiji 3 Kg, PT Putra Mekar Sadulur, menyatakan kelangkaan dan kenaikkan harga si melon ini sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Terutama, di wilayah Garut Selatan yang harus menempuh akses transportasi yang tidak mudah.

Direktur Utama PT Putra Mekar Sadulur Arief Rahman Jamil mengatakan, selain sulitnya akses transportasi, wilayah Garut Selatan juga mendapat kuota yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan wilayah Garut lainnya.

Baca juga:  Soal Sengketa Pilkada Tasikmalaya, Direktur Eksekutif DEEP: Hargai Keputusan MK

“Sebenarnya, keluhan dari masyarakat terhadap kurangnya pasokan gas Elpiji 3 Kg ini sudah berlangsung lama, namun kami tak kuasa karena minimnya kuota yang kami terima,” ujarnya.

Menurutnya, kebutuhan pasokan gas melon untuk wilayah Garut Selatan, hingga kini masih terbilang kecil dibanding potensi penduduk di 15 kecamatan di Garut Selatan.

“Banyak desa yang sejak konversi minyak tanah ke gas 2009, baru terbangun pangkalan tahun 2019 lalu. Seperti pangkalan di wilayah Desa Depok, Kecamatan Cisompet yang baru terisi pangkalan dalam dua tahun terakhir, sejak konversi satu dekade lalu,” tuturnya. (fey)

BACA JUGA: Warga Karangpawitan Garut Ditemukan Tewas di Pantai Santolo