CIMALAKA, ruber.id – Meski tidak terdampak pandemi COVID-19, namun keberadaan telur infertil membuat harga telur ayam di pasaran jatuh.
Hal ini dikeluhkan peternak ayam petelur di Dusun Gintung Lempeng RT 03/07, Desa Cibeureum Kulon, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang.
Salah seorang peternak ayam petelur, Robby Jatnika, 31, mengatakan sejak adanya virus corona, peternak ayam petelur tidak terlalu terkena imbas.
“Tidak terlalu, mungkin karena telur adalah bahan pangan yang mudah ditemukan,” katanya kepada ruber.id, Selasa (16/6/2020).
Akan tetapi, kata Robby, sejak adanya telur HE (Infertil), harga telur di pasaran jadi rusak.
“Sejak ada telur tersebut, penghasilan mulai menurun, dan permintaan pasar mulai berkurang, karena harga yang dijual di pasaran sangat murah,” tambahnya.
Robby mengatakan untuk harga telur hingga saat ini mulai merangkak naik yaitu Rp22.500/Kg.
“Alhamdulillah sudah menuju harga normal, berharap harga tersebut bisa normal kembali,” ucapnya.
Robby berharap, masyarakat mendapatkan informasi dari pemerintah setempat tentang bahaya telur infertil jika dikonsumsi.
“Ya mudah-mudahan pemerintah bisa memberitahu kepada masyarakat, bahwa telur yang dijual dengan harga yang murah belum tentu sehat bagi tubuh,” jelasnya.
Robby juga berharap, pemerintah segera menindak tegas peredaran telur HE infertil, khususnya di Kabupaten Sumedang.
“Mudah-mudahan telur infertil sudah tidak ada, agar perekonomian kamj bisa normal kembali,” harapnya. (R021/Arief Taufik)