TKI asal Pangandaran Mayoritas Perempuan

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Menjadi tenaga kerja Indonesia atau TKI ke luar negeri masih menjadi pilihan sebagian warga, terutama perempuan, di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Ya, mayoritas dari TKI asal Pangandaran adalah kaum perempuan dengan usia yang relatif.

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Industri dan Transmigrasi atau Disnakertrans Kabupaten Pangandaran, jumlah TKI asal daerah pesisir selatan Jawa Barat ini pada tahun 2019 mencapai 218 orang. Sedangkan pada 2020 hanya 23 orang.

Kasi Tenaga Kerja di Disnakertrans Pangandaran Suparman mengatakan, sejak pandemi Covid-19 pemberangkatan TKI di tahun 2020 mengalami penurunan.

Data tersebut, terlihat pada saat Calon Pekerja Migran Indonesia atau CPMI membuat paspor ke Kantor Imigrasi.

Baca juga:  Vaksinasi Covid-19 Tahap II di Pangandaran Butuh Ratusan Ribu Dosis

“Tahun 2020 pemberangkatan hanya ada di bulan Januari sebanyak 23 orang. Penyalurnya ditunjuk langsung oleh Kementerian dan semuanya resmi.”

“Kalau TKI ilegal biasanya lewat penyalur yang tidak resmi. Jika ada masalah di tempat mereka bekerja juga sulit untuk ditangani,” katanya, Jumat (19/2/2021).

Suparman menuturkan, pada tahun 2019 Negara yang paling banyak dituju adalah Malaysia dengan jumlah 67 orang, Taiwan 50 orang, Singapura 47 orang.

Kemudian, Hong Kong 33 orang, Korea Selatan 9 orang, Brunei Darusalam 5 orang dan Swiss 1 orang.

“Di tahun 2020, Negara paling banyak dituju adalah Malaysia sebanyak 10 orang, Taiwan 9 orang, Hong Kong 3 orang dan Singapura 1 orang. Untuk TKI tujuan Timur Tengah belum ada lagi, masih dalam moratorium,” tuturnya.

Baca juga:  Update COVID-19 Pangandaran: Positif Corona Tambah Lagi 1, Pemudik asal Cijulang

Sejauh ini, kata Suparman, belum ada perusahaan penyalur TKI di Kabupaten Pangandaran. Hanya perwakilan perusahaan dari Cirebon yang berkantor di Kecamatan Kalipucang.

Suparman menyebutkan, TKI asal Pangandaran rata-rata berlatarbelakang pendidikan rendah dan mayoritas kaum perempuan. Ada yang sudah memiliki anak, ada juga yang belum.

Selain karena tuntutan ekonomi, gaji yang cukup besar menjadi salah satu alasan mereka rela jauh dari keluarga.

“Rata-rata gaji setiap bulan mereka itu sekitar Rp7 juta, angka tersebut menjadi ketertarikan yang lain ikut menjadi TKI.”

“Sebagian besar mereka berpendidikan akhir rendah. Mayoritas lulusan SD, SMP hingga SMA sederajat. Sedangkan yang lulusan D3 atau S1 jarang yang menjadi TKI,” sebutnya.