CIAMS, ruber — Sebagai upaya meningkatkan pendapatan devisa negara, Bank Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Galuh, Ciamis.
Kepala Tim Sistem Pembayaran, Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi BI Tasikmalaya Eman Patria menjelaskan dalam konteks ini pihaknya berkepentingan untuk menekan laju inflasi dengan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
“Semakin banyak pekerja di luar negeri, maka devisa yang didapat samakin banyak,” kata Eman.
Pada tahun 2018, pendapatan devisa Indonesia berada pada angka USD 8.8 miliar atau sekitar Rp128 triliun.
“Jumlah itu naik Rp2 triliun dari tahun sebelumnya. Nah ke depan kami berharap, jumlah dollar bisa naik signifikan. Sehingga kondisi keuangan negara yang tengah defisit bisa ditekan,” kata Eman.
Dengan adanya tenaga kerja Indonesia yang terdidik dan terlatih, siap berangkat ke luar negeri diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
Sementara itu Dekan Fakultas Ekonomi Unigal Nurdiana Mulyatini mengatakan acara sosialisasi ini untuk membuka mindset mahasiswa bahwa peluang untuk berkarir atau bekerja sangat banyak.
Menjadi tenaga kerja di luar negeri bisa menjadi pilihan ketika para sarjana merasa tidak menemukan pekerjaan idaman di dalam negeri.
“Ya kami sajikan pilihan. Agar mereka bisa tercerahkan dan mengetahui bahwa peluang begitu besar,” kata Nurdiana.
Dia mengakui bahwa selama ini masih terbentuk mindset di masyarakat bahwa bekerja ke luar negeri hanya untuk sektor informal saja.
Sebatas asisten rumah tangga, baby sitter dan sejenisnya.
Tak jarang masyarakat merasa gengsi jika anaknya yang sarjana harus bekerja menjadi TKI atau TKW.
“Ternyata peluang untuk sarjana sangat terbuka. Selain bekerja bisa juga sambil kuliah. Mereka bisa menjadi pahlawan devisa, sekaligus pahlawan bagi diri dan keluarganya,” kata Nurdiana.
Pada kesempatan itu dihadirkan pula Elis warga Kota Banjar, seorang TKW yang bekerja dan kuliah di Korea.
Dia dihadirkan untuk berbagi pengalaman kepada para mahasiswa.
“Cerita sukanya banyak, kalau dukanya paling di awal-awal perlu melakukan adaptasi bahasa, budaya dan kebiasaan masyarakat di sana. Sambil bekerja saya juga bisa kuliah.”
“Tentu saya pun tak selamanya tinggal di Korea. Saya sedang menabung, sehingga pada saatnya nanti selesai kuliah dan bekerja, saya bisa berdikari di tanah kelahiran,” katanya. dang