KOPI PAGI, ruber.id – Tari Ronggeng Sadunya merupakan warisan budaya asli Desa Sukamenak, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang.
Pimpinan Sanggar Dangiang Gending Rahayu Epi Kurniawati mengatakan, secara literasi, Tari Ronggeng Sadunya sulit ditemukan.
“Kami saat ini sedang menggali tentang tarian ini dari para sepuh di Darmaraja,” katanya.
Ia menjelaskan, mencari referensi dengan cara berkomunikasi dengan pelaku kebudayaan di masa lalu diperlukan.
Supaya warisan budaya ini dapat terus dilestarikan.
“Tidak semua tahu lebih dalam mengenai kebudayaan ini. Yang tahu cuma satu dua sesepuh saja.”
“Termasuk ketiadaan buku peninggalan khusus. Lebih ke cerita dari mulut ke mulut,” jelasnya.
Sanggar Dangiang Gending Rahayu sendiri, kata Epi, didirikan sebagai wadah untuk menggali kebudayaan-kebudayaan lokal di Darmaraja.
Budaya lokal, kata Epi, penting untuk digali karena saat ini, 0engaruh globalisasi dan digitalisasi tidak telah mempengaruhi budaya-budaya lokal yang ada.
“Perkembangan zaman terutama teknologi makin canggih. Ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keberadaan seni tradisi.”
“Hal ini pula yang menjadi visi misi sanggar, untuk menurunkannya pada generasi muda,” ucapnya.
Sajian Tari Ronggeng Sadunya sendiri, lanjut Epi, diiringi oleh tembang.
Seperti kembang gadung, siuh, dan tembang lainnya.
Adapun alat musiknya yakni alat musik tradisional khas nusantara.
Seperti bonang, kendang, saron, rebab, dan gong.
“Penarinya satu, dua atau disesuaikan dengan kebutuhan.”
“Dan tariannya sejenis tarian ibing ronggeng. Atau tarian rakyat untuk perempuan dan ketuk dua, ketuk tilu untuk lelaki,” sebutnya.
Epi menuturkan, untuk memilih penari Ronggeng ada kriteria khusus tersendiri yang dilihat.
Bukan dari segi kecantikan saja, akan tetapi lebih kepada mental dari sang penari.
“Kalau penari ronggeng mentalnya sudah terbentuk, maka inner beauty-nya secara otomatis akan keluar,” tuturnya.
Epi mengatakan, Tari Ronggeng Sadunya pada umumnya dipentaskan dalam hajatan atau upacara penyambutan.
Biasanya, sambung Epi, ada tradisi di mana pemangku hajatan meminta para pemain Ronggeng untuk membawakan sebuah tembang lagu.
“Biasanya, yang meminta tembang lagu itu, oleh penari ronggeng diajak untuk menari bersama.”
“Tapi kadang, ada juga yang tidak memakai penari ronggeng. Jadi, disesuaikan dengan permintaan pemilik hajatan,” ucapnya.
Epi menambahkan, dalam seni Tari Ronggeng Sadunya, alunan musik tradisional Sunda dimainkan dengan tempo yang khas.
Kesan mengalun pelan menciptakan atmosfer yang berbeda dari musik tari sejenisnya.
Apalagi, dimainkan pada waktu malam.
Dengan semilir udara yang dingin semakin terasa menggerayangi bulu kuduk.
Namun begitu, suasana tenang tercipta di sana.
Ada pengalaman berbeda dibanding seni tari lainnya yang lebih energik.
Epi mengaku, bukan tanpa alasan bahwa sanggar seninya konsen untuk kembali menghidupkan Tari Ronggeng Sadunya ini.
Alasannya, selain untuk melestarikan budaya, diharapkan dapat menjadi pendukung daya tarik dengan adanya Waduk Jatigede, sebagai salah satu destinasi wisata di Sumedang.
“Sanggar kami ingin mendongkrak perekonomian warga terdampak melalui konsep desa wisata.”
“Dan pertunjukan seni budaya ronggeng diharapkan menjadi salah satu daya tariknya,” jelasnya.
Sejarah Tari Ronggeng di Nusantara
Sementara itu, belum diketahui ada tidaknya hubungannya antara makam tua Nyimas Ronggeng Sadunya dengan Tari Ronggeng Sadunya di desa ini.
Namun yang pasti, jenis taei ronggeng menjadi salah satu produk budaya nusantara, sejak zaman dulu.
Hal ini, dapat dilihat dengan adanya salah satu relief abad ke-8 pada bagian Karmawibhanga di Candi Borobudur, Magelang.
Di mana, dalam relief tersebut tergambarkan perjalanan sebuah rombongan hiburan dengan musisi dan penari wanita.
Di Jawa Barat sendiri, keberadaan tari ronggeng ditandai dengan ditemukannya candi di Kampung Sukawening, Desa Sukajaya, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis.
Yakni Candi Ronggeng, atau para arkeolog menyebutnya sebagai Candi Pamarican.
Kini, Tari Ronggeng Sadunya mulai dihidupkan kembali oleh Sanggar Dangiang Gending Rahayu di pesisir Waduk Jatigede ini.