Sultan Ageng Tirtayasa, Pahlawan Nasional asal Banten

Sultan Ageng Tirtayasa Pahlawan Nasional asal Banten
Foto from google

KOPI PAGI, ruber.id – Sultan Ageng Tirtayasa, merupakan Pahlawan Nasional Indonesia asal Banten lahir pada tahun 1631 di Kesultanan Banten. 

Beliau putra dari pasangan Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad dan Ratu Martakusuma. 

Sultan Abu al-Ma’ali merupakan Sultan Banten periode 1640–1650. 

Di usia 20 tahun beliau sudah menjadi sultan Banten ke-6 dengan gelar Sulthan ‘Abdul-Fattah al-Mafaqih.

Menggantikan kakeknya yang wafat, pada 10 Maret 1651 bernama Sultan Abdul Mafakhir. 

Sebelumnya, beliau diangkat menjadi Sultan Muda.

Serta, diberi gelar Pangeran Dipati menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun 1950. 

Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa

Pada periode 1651-1683 Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten, beliau memimpin perlawanan terhadap Belanda. 

Baca juga:  Penerusnya Tolak Jual Manchester United, Ini Profil Singkat Malcolm Glazer

Beliau menolak perjanjian yang dibuat oleh VOC, isi perjanjian tersebut tentang monopoli perdagangan.

Dan tentunya sangat merugikan Kesultanan Banten. 

Kemudian beliau menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.

Karena beliau ingin menjadikan wilayahnya sebagai kerajaan islam terbesar di Indonesia. 

Sultan Ageng sangat berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, berbagai usaha beliau lakukan. 

Seperti membuka sawah-sawah dan mengembangkan irigasi, agar ekonomi rakyat berkembang. 

Beliau mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti sekaligus penasehat kesultanan. 

Serta mempercayai Syekh Yusuf, untuk mendidik anak-anaknya serta rakyatnya tentang keagamaan. 

Hingga, Siti Syarifah yang merupakan putri dari Sultan Ageng pun dinikahkan dengan Syekh Yusuf.

Konflik Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji

Beliau mempunyai konflik dengan Sultan Haji yang merupakan putra mahkota, saat itu Belanda ikut campur dengan cara bersekutu dengan putra mahkota. 

Baca juga:  Cut Nyak Dien, Pahlawan asal Aceh yang Diasingkan ke Sumedang

Dengan maksud untuk menyingkirkan Sultan Ageng, Belanda mengirimkan pasukan untuk membantu Sultan Haji.

Saat pasukan dari putra mahkota itu dikepung oleh pasukan Sultan Ageng di daerah Sorosowan Banten. 

Pasukan Belanda tersebut dipimpin oleh Kapten Tack dan Saint-Martin. 

Kesultanan Banten sangat aktif, serta membina hubungan baik serta kerjasama dengan kesultanan lain di sekitarnya. 

Bahkan, dengan kesultanan luar seperti Turki, Inggris, Aceh, Makassar, Arab dan lainnya. 

Tetapi pada tahun 1683,Sultan Ageng tertangkap serta dipenjarakan di Batavia saat itu usianya sudah 62 tahun. 

Beliau meninggal dunia sewaktu di dalam penjara.

Dan beliau dimakamkan, di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten daerah Banten Lama. 

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 045/TK/1970 tanggal 1 Agustus 1970.

Baca juga:  Meninggal di Banten, PDP asal Tomo Dimakamkan di Sumedang

Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar Pahlawan Nasional. 

Atas jasa-jasanya kepada negara, akhirnya salah satu perguruan tinggi di Banten diberi nama Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.