BANJAR, ruber — Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Banjar dan Forum Keluarga Mahasiswa Kota Banjar, sambangi kediaman keluarga Cecep Gunawan dan Yeni Suriani.
Cecep Gunawan dan Yeni Suriani adalah pasangan suami istri warga Desa Langensari Kecamatan Langensari Kota Banjar, yang tinggal di bekas kandang sapi.
BACA JUGA: Miris, Keluarga Cecep Sudah 1 Tahun Tempati Kandang Sapi di Langensari Banjar
Kedatangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Banjar dan Forum Keluarga Mahasiswa Kota Banjar adalah untuk menyampaikan support sekaligus memberikan sumbangan berupa sembako.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk aksi kemanusiaan yang dilakukan PMII bersama sahabat-sahabat dari Forum Keluarga Mahasiswa kota Banjar. Mereka menilai pemerintah Kota Banjar kurang responsif terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi di Langensari tersebut.
“Pemerintah kurang responsif,” kata Ketua PC PMII Kota Banjar, Irfan Ali Sya’bana pada ruber, Jumat (28/6/2019).
Irfan menceritakan kondisi keluarga tersebut sangat memprihatinkan. Kandang sapi yang digunakan pun tidak layak huni. Mereka sekeluarga harus mendiami bekas kandang sapi yang hanya disekat dengan bekas potongan bagian luar kayu (babiran).
Sedangkan lubang-lubang ventilasi bagian atasnya menggunakan pagar bambu yang akan menghasilkan udara sangat dingin ketika malam hari.
“Namun sangat disayangkan, hal tersebut ternyata belum cukup mampu menjadi tamparan batin yang kuat terhadap iba pemerintah,” ujarnya.
Kata Irfan, kondisi tersebut adalah satu dari sekian jumlah masyarakat kurang mampu di Kota Banjar. Semestinya, menjadi pukulan keras bagi aparat pemerintah untuk menghasilkan kebijakan dan menjalankan program bantuan masyarakat kurang mampu lebih objektif lagi.
Untuk itu, seharusnya pemerintah dapat meninjau kembali bagaimana regulasi yang dijalankan untuk melaksanakan bantuan secara tepat sasaran.
“Apapun yang terjadi, ini adalah persoalan kemanusiaan yang sudah semestinya diperjuangkan. Sebagai tindak lanjut, akan segera kita layangkan surat audiensi terhadap pihak yang bersangkutan, dan akan kita mediasikan bagaimana tindak lanjut dan penanganan keluarga tidak mampu tersebut dengan pemerintah Kota Banjar,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Forum keluarga Mahasiswa kota Banjar, Awwal Muzakki menambahkan pemberian sembako ini sebagai wujud kepedulian dan menjadi tamparan keras bagi pemerintah Kota Banjar yang tidak tahu malu.
Pasalnya, ada warga yang membutuhkan perhatian pemerintah, namun pemerintah Kota Banjar belum memeperlihatkan respons postitif.
“Seakan pura-pura buta dan pura-pura tuli terhadap tragedi kemanusiaan ini,” cetusnya.
Awwal mempertanyakan, apakah anggaran untuk penanggulangan kemiskinan lebih kecil dari kebutuhan operasional dinas sehingga tragedi ini tidak ditanggulangi secara serius.
“Jangan-jangan, anggaran pemkot untuk penanggulangan kemiskinan lebih kecil dari anggaran kebutuhan operasional dinas,” ucapnya. Agus Purwadi