Penggunaan Terapi Plasma Konvalesen pada Pasien Covid-19

Penggunaan Terapi Plasma Konvalesen pada Pasien Covid-19
Penulis artikel Penggunaan Terapi Plasma Konvalesen pada Pasien Covid-19, Lu’lu Nurhaliza. ist/ruber.id

CITIZEN JOURNALISM, ruber.id – Merebaknya Covid-19 sebagai kasus pneunomia sejak Desember 2019 merupakan hal besar yang saat ini dirasakan semua orang. Artikel Penggunaan Terapi Plasma Konvalesen pada Pasien Covid-19 ini, ditulis oleh: Lu’lu Nurhaliza.

Dilaporkan pertama kali di Wuhan, China pada akhir 2019, World Health Organization (WHO) menetapkan kasus ini sebagai pandemik pada 12 Maret 2020. Dengan total mencapai 634.835 kasus dan jumlah kematian mencapai 33.106 kasus di dunia pada 29 Maret 2020 (Susilo et al., 2020).

Kasus Covid-19 di Indonesia

Terhitung hingga awal Juni 2021 kasus terkonfirmasi di Indonesia sebanyak 1,837,126 orang dengan kasus aktif sebanyak 94,438 orang (Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, 2021).

Diperlukan upaya dalam menekan jumlah pertambahan kasus, baik pencegahan maupun pengobatan. Berbagai jenis terapi pengobatan mulai diterapkan di Indonesia, misalnya adalah terapi plasma konvalesen yang mulai diujicobakan pada September 2020.

Terapi plasma konvalesen merupakan terapi dengan pemberian plasma darah orang yang sudah berhasil sembuh dari sautu penyakit. Berdasarkan sejarahnya, plasma konvalesen mulai ditemukan oleh para ahli sekitar 100 tahun yang lalu dan mulai dikembangkan penelitiannya pada tahun 1950-an.

Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Terapi ini sudah banyak diterapkan pada banyak penyakit sebagai pengobatan misalnya, penyakit menular seperti wabah polio, pandemi Flu Spanyol, dan masih banyak lagi.

Sederhananya, plasma konvalesen merupakan pemberian antibodi orang yang telah pulih dari COVID-19 melalui transfusi plasma darah kepada penderita Covid-19 untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus.

Topik yang diangkat dalam esai ini yaitu terapi pada penderita COVID-19. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana terapi plasma konvalesen efektif dalam mengobati COVID-19.

Riset Penulis

Penulis memulai dengan membahas riset yang menunjukkan keefektifannya, cara kerjanya, pengaruh terhadap mortalitas, hingga manfaat penerapannya, dan terakhir yaitu kesimpulan dari uraian yang ada.

Baca juga:  Update COVID-19 Kabupaten Tasikmalaya: Sudah Tak Ada Pasien Positif Corona, PDP Tinggal 1

Kini, plasma konvalesen sudah banyak dijadikan objek riset para peneliti. Hasilnya menunjukkan bahwa terapi plasma konvalesen dapat bekerja dengan baik juga memperbaiki gejala klinis dan parameter klinis yang ada pada pasien dengan status keparahan yang tinggi.

Selain itu, antibodi penetral dapat meningkat atau dipertahankan pada tingkat tinggi yang membuat viremia menghilang dalam waktu cepat. Plasma konvalesen dapat dijadikan sebagai upaya terakhir atau opsi penyelamatan pada pengobatan agar pasien yang kategori parah dapat pulih dari virus.

Karena dikhawatirkan berefek pada hubungan plasma konvalesen dengan tingkat antibodi, obat antivirus, steroid dan imunoglobulin intravena. Terdapat efek samping yang muncul selama pengamatan, namun hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Terapi ini masih diperlukan uji coba terkontrol lebih lanjut untuk mengukur keamanan dan kemanjurannya (Chen et al., 2020; Duan et al., 2020; Dwi Putera and Suci Hardianti, 2020).

Tidak semua pasien dapat menerima donor plasma. Terapi plasma konvalesen ini hanya diberikan kepada pasien yang menderita COVID-19 kategori sedang hingga berat.

Plasma darah pada pasien pulih diambil melalui metode plasmaferesis lalu diberikan kepada penerima donor yang dilakukan melalui transfusi secara bersamaan dengan terapi lain seperti pemberian antivirus. Darah yang telah diambil nantinya akan melalui proses lagi menggunakan mesin khusus untuk memisahkan bagian-bagian darah.

Pemberian dosis plasma konvalesen diberbagai negara memiliki perbedaan serta variasi pada uji coba yang dilakukan dan dapat mengalami penambahan berdasarkan kondisi pasien dan pertimbangan dari dokter (Duan et al., 2020; PDPI et al., 2020).

Setelah dilakukan transfusi, ada beberapa risiko yang dapat terjadi seperti Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI), dan Transfusion-associated circulatory overload (TACO) (Zetira and Sukohar, 2020).

Baca juga:  Meluruskan Ungkapan Hubbul Wathan Minal Iman, Ternyata Dipopulerkan Misionaris Kristen

Mulai Diterapkan di Indonesia

Penggunaan terapi plasma konvalesen kini telah diterapkan di Indonesia karena diyakini menjadi harapan baru bagi masyarakat.

Tetapi, apakah benar penerapan ini dapat menurunkan mortalitas yang disebabkan COVID-19? Dalam sebuah studi kasus, disebutkan terapi ini dapat berpengaruh pada penurunan tingkat kematian yang dilakukan dengan membandingkan pasien yang diberikan terapi plasma konvalesen den tidak.

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pemberian plasma konvalesen dapat menurunkan tingkat mortalitas pasien COVID-19, mempersingkat masa rawat inap, memperbaiki gejala klinis, serta meningkatkan kesembuhan pada pasien (Chen et al., 2020; Maulana, 2020).

Meskipun WHO belum menetapkan terapi ini sebagai pengobatan utama, sudah ada beberapa negara dengan jumlah pasien tinggi yang menggunakan terapi ini sebagai pengobatan dalam jumlah besar.

Selain berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien, plasma konvalesen dapat membersihkan infeksi virus serta sel yang terinfeksinya dan menurunkan gejala klinis dengan signifikan dibandingkan tanpa diberikan terapi (placebo).

Manfaat lainnya yaitu perubahan suhu menjadi normal, meningkatnya titer antibodi, viral load berkurang, perbaikan pada hasil radiologi, saturasi oksigen normal, hingga dinyatakan negatif.

Terapi yang sudah digunakan sejak satu abad yang lalu ini juga beberapa kali digunakan dalam pencegahan serta pengobatan pada penyakit menular dan terbukti berpengaruh dalam penurunan mortalitas diberbagai rumah sakit (Zetira and Sukohar, 2020).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi plasma konvalesen merupakan pemberian plasma darah orang yang telah sembuh dari COVID-19 kepada pasien dengan metode plasmaferesis.

Riset menunjukkan terapi ini aman diberikan kepada pasien, namun terdapat efek samping yang ditimbulkan. Panggunaan terapi ini berpengaruh pada penurunan mortalitas COVID-19 dibandingkan tanpa terapi atau placebo. Terapi plasma konvalesen ini terbukti memilki manfaat bagi kesembuha, namun masih diperlukan uji klinis mendalam.

Baca juga:  Angka Kasus dan Kematian Akibat COVID-19 di Garut Naik Tajam

Daftar Pustaka

Chen, L. et al. (2020) ‘Convalescent plasma as a potential therapy for COVID-19’, The Lancet Infectious Diseases. Elsevier Ltd, pp. 398–400. doi: 10.1016/S1473-3099(20)30141-9.

Duan, K. et al. (2020) ‘Effectiveness of convalescent plasma therapy in severe COVID-19 patients’, Proceedings of the National Academy of Sciences, 117(17), pp. 9490 LP – 9496. doi: 10.1073/pnas.2004168117.

Dwi Putera, D. and Suci Hardianti, M. (2020) ‘Efficacy and safety of convalescent plasma therapy in patients with COVID-19: a rapid review of case series’, Journal of thee Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran), 52(03), pp. 134–147. doi: 10.19106/jmedscisi005203202012.

Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (2021) Peta Sebaran. Available at: https://covid19.go.id/peta-sebaran (Accessed: 2 June 2021).

Maulana, M. S. (2020) ‘Efektivitas Efikasi Pemberian Terapi Konvalesen Plasma Pada Pasien Covid-19: Evidence Based Case Report’, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 7(3), pp. 7–14. doi: 10.32539/jkk.v7i3.12297.

PDPI et al. (2020) Pedoman tatalaksana COVID-19 Edisi 3 Desember 2020, Pedoman Tatalaksana COVID-19. Available at: https://www.papdi[dot]or[dot]id/ download/983-pedoman-tatalaksana-covid-19-edisi-3-desember-2020.

Susilo, A. et al. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini’, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), p. 45. doi: 10.7454/jpdi.v7i1.415.

Zetira, Z. and Sukohar, A. (2020) ‘Manfaat Terapi Plasma Konvalesen pada Infeksi Covid-19 Benefits of Covalescent Plasma Therapy in COVID-19 Infection’, Medula Journal, 10, pp. 333–340. (*)

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA: KAMMI Garut Pertanyakan Sisa Belanja Peti Jenazah Pasien Covid-19