Pembudidaya Lebah Teuweul di Pangandaran Hasilkan Omzet Ratusan Juta

lebah teuweul
LOKASI budidaya lebah teuweul di Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran. doc pribadi/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, ada kelompok pembudidaya lebah teuweul yang mampu menghasilkan omset hingga ratusan juta setiap panen.

Ya, semua orang pasti tahu madu, cairan kental dengan rasa manis yang memiliki beragam manfaat ini.

Bagi Kelompok KTH Banyu Metu di Desa Kedungwuluh, Kecamatan Padaherang ini, madu bukan sekadar manis, namun juga menjanjikan dari sisi ekonomi.

Budidaya teuweul atau trigona yang dilakukan kelompok ini, dirintis sejak 2019 lalu dengan lahan seadanya.

Awalnya, kelompok ini berulang kali mengalami berbagai kegagalan.

Namun, kegagalan-kegagalan tersebut tak membuat semangatnya tumbang.

Mereka, semakin aktif mencari tahu dan belajar cara mengelola peternakan madu dari lebah teuweul itu.

Baca juga:  SPP Pangandaran Berhasil Ciptakan Kopi Tradisional 

Ketua Kelompok KTH Banyu Metu Supardi mengatakan, pada lahan seluas 1 hektare ada sebanyak 1.000 kotak pembudidayaan lebah (stup) yang dimiliki kelompoknya.

Stup itu, terbuat dari bambu atau limbah kayu.

“Dalam proses pembudidayaan lebah teuweul ini hanya diperlukan keuletan, jangan mudah putus asa.”

“Kami juga tidak langsung begini, sempat mengalami kegagalan dulu,” kata Supardi.

Saat ini, madu yang didapat kelompok tersebut pada setiap kali panen sebanyak 1/2 kilogram per stup. Panen dilakukan setiap satu bulan.

Kelompok KTH Banyu Metu ini hanya memiliki dua macam spesies, yakni biroi dan itama.

“Rata-rata pendapatan setiap panen mencapai Rp150 juta. Itu juga tidak semua (stup) bisa panen.”

Baca juga:  Sebulan Terdampar di Pantai Pangandaran, Kapal Oscar Aquaria Dipotong

“Karena, masih ada yang belum bisa menghasilkan madu dengan baik,” ujarnya.

Permintaan Pasar Semakin Tinggi

Supardi menuturkan, di masa pandemi sekarang ini lebih banyak permintaan dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Di mana, permintaan yang datang mengalami peningkatan sebanyak 200% hingga 300%.

Namun, kata Supardi, kelompoknya ini belum bisa memenuhi permintaan itu.

“Kami baru bisa melayani wilayah Pangandaran, Ciamis dan Tasik.”

“Mungkin kalau punya banyak koloni, permintaan dari luar kota bisa terlayani. 1000 kotak ini terbilang masih sedikit,” tuturnya.

Supardi menyebutkan, dalam perawatan budidaya lebah teuweul ini tidak begitu sulit.

Termasuk, untuk pakan lebah pun hanya cukup dengan menyediakan bunga-bunga di area stup.

Baca juga:  Pemkab Pangandaran Telusuri Riwayat Kontak Pasien Positif Corona

“Dalam satu koloni atau satu stup itu, kita sediakan tiga tanaman.”

“Karena kita sediakan pakan pokok lebahnya, ada Nektar, Polen, Resin atau biasa disebut NPR,” sebutnya.

Supardi menerangkan, lebah teuweul ini jarang terjadi imigrasi atau kabur, berbeda dengan lebah lainnya.

Meski masih bisa berkeliaran keluar area untuk mencari makan.

Selain itu, lebah teuweul ini tidak mengganggu dan tak menyengat ke manusia yang ada di sekelilingnya.

Justru, sangat membantu penyerbukan bunga atau pembuahan.

“Kemudian lebah teuweul atau trigona ini cenderung lebih kuat meski di sekelilingnya ada asap atau suara keramaian maupun kegaduhan manusia,” ucapnya.