Pelaku Kekerasan pada Anak di Pangandaran Mayoritas Lansia

Pelaku Kekerasan
PELAKU kekerasan pada anak di Pangandaran dilakukan orang lanjut usia. ils/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Pelaku kekerasan dan pelecehan terhadap anak di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat dilakukan oleh orang lanjut usia atau lansia.

Hal itu berdasarkan beberapa kasus yang dilaporkan. Dan ditangani oleh Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau DKBP3A Pangandaran.

Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak di DKBP3A Pangandaran Ayi Rohanah mengatakan, rata-rata pelaku kekerasan dan pelecehan dilakukan orang lansia yang tidak memiliki pasangan hidup.

“Hasil penelusuran, beberapa kronologis tersebut dilakukan berbagai cara oleh pelaku,” kata Ayi, Kamis (30/9/2021).

Pelaku biasanya mengiming-iming korban dengan memberi sesuatu yang disukai anak tersebut.

“Kalau anak suka jajan, biasanya dibelikan jajanan atau diberi uang oleh pelaku,” ujarnya.

Baca juga:  DPC PDI Perjuangan Pangandaran Gelar Rakercabsus dan Konsolidasi Pemenangan Pilkada 2024

Selain itu, pelaku juga kerap memanfaatkan kesempatan yang memungkinkan untuk melakukan hal yang akan dilakukannya.

“Jika anak (korban) sedang sendirian, pelaku dengan cepat membujuk anak untuk menjadi sarana pelampiasan nafsu pelaku,” tuturnya.

Ayi mengimbau, kepada orang tua untuk selalu mengawasi anak. Sehingga setiap waktu terpantau dan terhindar dari potensi kejadian kekerasan dan pelecehan.

“Orang tua harus melakukan komunikasi yang aktif dengan anak setiap waktu. Supaya terbangun emosional antara anak dan orang tua,” imbaunya.

Komunikasi tersebut, kata Ayi, agar anak berani curhat dan terbuka dengan orang tua dikala ada permasalahan.

“Kalau jalinan emosional antara anak dengan orang tua baik, biasanya akan berceritra selama dia bermain di luar rumah,” ucapnya.

Baca juga:  Berguguran, CPNS Pangandaran Palsukan Materai dan Tandatangan

Ayi menyebutkan, beberapa kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak terungkap setelah (anak) berceritra kepada orang tua.

Bahwa dirinya mendapat tekanan dan perasaan takut terhadap ancaman yang dilontarkan pelaku.

“Kami juga merangkum beberapa kronologis yang terjadi latarbelakang pelaku orang lansia yang tidak memiliki pasangan,” sebutnya.

Ayi menambahkan, bisa saja lansia yang tidak memiliki pasangan hidup, tetapi punya nafsu atau birahi yang lebih. Namun tidak tersalurkan, akhirnya anak yang jadi pelampiasan.

“Kami imbau orang tua agar waspada dan hati-hati. Pantau terus aktivitas anak di luar rumah,” tambahnya. (R001/smf)