CIAMIS, ruber.id — Kawanan monyet di Obyek Wisata Ciung Wanara Desa Karangkamulyan kerap menjarah makanan yang dijual di warung pedagang.
Selain warung, kebun dan lahan pertanian warga di sekitar Situs Ciung Wanara juga jadi sasarannya.
Pasalnya, persediaan makanan hewan jenis primata tersebut hampir habis akibat kemarau selama 4 bulan terakhir.
Salah seorang pedagang setempat Rokayah mengaku, dirinya merasa kerugian dengan ulah monyet itu, tapi di sisi lain monyet di situs tersebut salah satu daya tarik wisatawan.
Untuk meminimalkan kerugian, kata Rokayah, para pedagang memiliki cara mengusir kawanan monyet dengan menaruh boneka anjing di depan warung.
“Kan kalau diusir menggunakan tongkat, monyet itu tidak takut,” katanya kepada ruber, Jumat (6/9/2019).
Rokayah menuturkan, monyet di Ciung Wanara lebih sering ke perkebunan warga. Namun, sejauh ini monyet tidak sampai mendatangi rumah warga.
“Mereka beraksi ke kebun pisang di bantaran Sungai Citanduy dan lahan pertanian warga di sekitar situs saja,” tuturnya.
Rokayah mengimbau, kepada pengunjung ke Situs Ciung Wanara untuk tidak menenteng makanan, karena monyet akan merebut itu.
Terlebih, kata Rokayah, sekumpulan monyet di obyek wisata tersebut sudah kelebihan populasi.
“Sebaiknya makanan disimpan di kantong tas atau saku saja,” imbaunya.
Terpisah, Kepala Desa Karangkamulyan M Abdul Haris menyebutkan, akibat aksi kawanan monyet tersebut para pedagang menjadi resah.
Maka dari itu, kata Haris, pihaknya berharap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mendata jumlah monyet di kawasan situs budaya itu.
“Penyebabnya harus segera diketahui, apakah kelebihan populasi atau kurang makanan.”
“Setahu kami dulu jumlah monyet di Ciung Wanara hanya 100 ekor, kemungkinan saat ini sudah bertambah,” sebutnya. dang