Lewat Video Conference, Menteri Susi Resmikan Pabrik Pakan Ikan di Pangandaran

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Direktorat Jenderal Perikanan dan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamis (10/10/2019). Meresmikan unit produksi pakan ikan mandiri dan embung di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Peresmian dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Melalui video conference dari Muara Baru, Jakarta.

Dirjen Perikanan dan Budidaya KKP melalui Direktur Pakan dan Obat Ikan Mimid Abdul Hamid mengatakan, unit produksi pakan mandiri ini merupakan pabrik pakan skala medium. Dengan spesifikasi produk (pakan jenis apung, slow sinking dan pakan tenggelam).

“Ini untuk semua jenis ikan budidaya, produksinya dengan SOP yang ideal. Bermutu baik dan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI),” katanya. Kepada ruber.id di Gedung Pabrik Pakan Ikan kawasan pelabuhan ikan Cikidang Babakan, Pangandaran.

Baca juga:  RS Hasan Sadikin Diminta Segera Tindak Korban Telan Paku di Pangandaran

Melalui unit produksi pakan mandiri ini, KKP dapat melakukan intervensi harga penjualan. Di antaranya, untuk jenis slow sinking kisaran harga Rp6.500-Rp7.000/kilogram.

Harga tersebut mampu dijangkau pembudidaya kecil dan berdampak. Pada peningkatan efisiensi produksi hingga minimal 30%.

“Ketersediaan pakan yang terjangkau itu menjadi isu utama di kalangan pembudidaya ikan saat ini. Terlebih sangat menentukan bagi keberhasilan kegiatan usaha budidaya. Maka, kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan,” ujarnya.

Mimid menambahkan, program unit produksi pakan ikan mandiri ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi. Melalui peningkatan efisiensi pembiayaan pakan dalam usaha budidaya ikan.

“Jadi program ini akan sangat membantu pembudidaya karena harga pakan lebih murah. Tahun 2019 ini konsumsi ikan/kapita ditargetkan mencapai 54,49 kilogram/kapita/tahun.”

“Terlebih, upaya pencapaian produksi perikanan budidaya perlu ditunjang dengan ketersediaan input produksi yang memadai, terutama pakan yang menjadi input utama sebagai penunjang sistem produksi budidaya,” tuturnya.

Baca juga:  Karantina Pemudik Dinilai Tepat, Meski Kasus COVID-19 Bertambah, Pariwisata di Pangandaran Jalan Terus

Menurut Mimid, pakan menjadi faktor pembatas karena menjadi penyusun terbesar biaya produksi budidaya. Yakni berkisar 60-70%.

Kualitas Menentukan Hasil Produksi

Kualitas dan kuantitas pakan ikan, lanjut Mimid, sangat menentukan hasil produksi. Dan keuntungan usaha pembudidayaan ikan.

“Adanya pembangunan unit produksi pakan ikan mandiri di Pangandaran. Diharapkan akan lebih luas menjangkau kebutuhan pakan bagi pembudidaya ikan. Selain itu juga dapat menekan biaya produksi budidaya minimal 30%,” terangnya.

Mimid menjelaskan, pembangunan pabrik pakan mandiri di Pangandaran dimulai tahun 2018. Dengan luas unit produksi 7.000 meter persegi.

“Tujuan utamanya untuk mencukupi kebutuhan pakan murah dan berkualitas bagi pembudidaya kecil. Khususnya untuk area Jawa Barat,” sebutnya.

Baca juga:  Pameran IT, Bupati Dony Soroti Percepatan Transformasi Digital

Unit produksi pakan mandiri di Pangandaran dikelola oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Laut Lampung. Dengan kapasitas produksi sebanyak 1 ton/jam atau 30-50 ton/bulan.

“Sampai September 2019, unit produksi pakan ini telah memproduksi sebanyak 70.8 ton. Dan telah terdistribusi sebanyak 57.7 ton untuk bantuan bagi pembudidaya ikan,” ucapnya.

Mimid menjelaskan, program gerakan pakan mandiri saat ini telah memasyarakat dan memberikan dampak positif bagi peningkatan efisiensi produksi. Bahkan, pembudidaya kecil mendapatkan nilai tambah minimal 30%.

“Berbagai inovasi formulasi pakan mandiri juga banyak muncul di masyarakat dengan memanfaatkan varian sumber bahan baku lokal. Di samping pengelolaan unit produksi pakan yang mulai baik sesuai standar,” jelasnya. (Arsip ruber.id/dede ihsan)