Kiprah Pemuda Masjid Al Hidayah Cikajang Garut: Kelola Baitul Mal, Bantu Biaya Pendidikan hingga Kematian
GARUT, ruber.id — Kepemudaan di bawah Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami Al Hidayah di Kampung Sukadana RW 05 Desa Cikajang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa upBarat memiliki program Baitul Mal.
Lembaga pengelola harta atau zakat umat ini telah berjalan 2.5 tahun, dan berbagai program yang dijalankan dirasa besar manfaatnya bagi warga Kecamatan Cikajang, khususnya.
BACA JUGA: Sejak Diterjang Longsor 2016, Pemkab Garut Belum Perbaiki Irigasi di Cikajang
Program baitul mal sendiri pertama kali diinisiasi oleh Ketua DKM pertama yaitu (Alm) H Undang dan dikelola secara mandiri oleh kepemudaan DKM dengan empat orang pengurus utama.
Pengelola Baitul Mal DKM Masjid Al Hidayah Asep Sutisna, 48, menjelaskan, baitu mal merupakan wadah infak masyarakat.
Infak ini dikumpulkan tiap bulan secara sukarela dari dua RT di RW 05. Dan saat ini telah beranggotakan kurang lebih 90 KK (kepala keluarga) yang rutin menyalurkan infaknya di baitul mal.
“Dari kepemudaan itu melibatkan empat orang, waktu itu termasuk saya, Diki Sugih, Apip, dan Babang Sobur. Kami mengadakan rapat membentuk baitul mal.”
“Pembentukkan baitul mal sendiri merupakan ide ketua DKM yang pertama yaitu (Alm) H Undang. Lalu, beliau menunjuk kami sebagai pengelolanya.”
“Alhamdulillah, program ini juga didukung penuh oleh Ketua RW Dede Meki,” kata Asep, ditemui di acara maulid nabi Muhammad SAW di Masjid Al Hidayah, Rabu (27/11/2019) malam.
Asep menyebutkan, ada lima pos yang rutin dibiayai oleh baitul mal. Yaitu melayani warga yang terkena musibah kematian.
Melayani warga yang sakit, membiayai pendidikan 99 anak diniyah, membiayai jompo dan penyandang disabilitas, serta membiayai acara tahunan.
Asep menuturkan, untuk biaya kematian, dari baitul mal ini pengurus membiayai peralatan kematian seperti kain kafan, kamper, tikar, kayu makam, dan perlengkapan lainnya.
Kemudian, kata Asep, dari biaya ini juga pengurus membeli peralatan pemandian jenazah dan keranda jenazah.
Semua itu, kata Asep, ditanggung dari baitul mal hingga proses mengurus jenazah selesai dimakamkan.
Tak hanya itu, lanjut Asep, pengurus juga memberikan santunan kepada keluarga yang terkena musibah kematian.
“Setelah beres pemakaman, kami santuni keluarga dengan dana kematian.”
“Jadi sudah sesimpel mungkin kami melayani warga. Kami juga memfasilitasi supaya warga lebih mudah.”
“Karena, ketika musibah kematian, keluarga itu kan boro-boro bisa memikirkan hal seperti itu,” ucap Asep.
Asep menerangkan, untuk program melayani warga sakit, baitul mal juga mengalokasikan biaya untuk pengobatan warga.
“Kami kunjungi, kami beri bantuan untuk berobat ke dokter,” sebut Asep.
Kemudian, kata Asep, untuk program sekolah diniyah, baitul mal pun rutin mengalokasikan biaya kebutuhan sekolah untuk 99 pelajar untuk tiap bulannya.
Lalu, lanjut Asep, program berikutnya yaitu menyantuni jompo yang tidak punya anak atau jompo yang hidup sendiri.
“Dulu di sini kebetulan ada dua jompo dan kami urus sampai meninggal dunia.”
“Nah, karena sekarang sudah tidak ada lagi jompo, pos ini kami alihkan untuk penyandang disabilitas. Karena kebetulan juga, di sini ada warga penyandang disabilitas,” terang Asep.
Asep menambahkan, sisa anggaran yang ada diatur tiap tahun, melalui bedah rekening.
“Hasil bedah rekening itu kami bagikan untuk mustahik seperti fisabilillah, marbot, kaum duafa, jompo, yatim piatu. Kami bagikan tiap Idul Fitri,” kata Asep.
Asep mengatakan, pengurus baitul mal sendiri, tidak sepeser pun dibiayai dari dana baitul mal.
Termasuk, kata Asep, untuk segala macam operasional pengurus juga ditanggung oleh biaya pribadi.
Hal ini, kata Asep, telah menjadi komitmen semua pengurus, bahwa dalam program ini benar-benar diniatkan ikhlas karena ingin mencari ridha Allah SWT.
Pengurus, lanjut Asep, juga meniatkan mengurus baitul mal ini sebagai kegiatan untuk ladang amal.
“Kami sukarela, gak ada istilah amilin, gak ada akomodasi bagi pengurus, termasuk ongkos, tidak ada, semua dari kantong pribadi.”
“Jadi, aktivitas di baitul mal ini benar-benar semata-mata karena Allah. Kami menabung untuk akhirat, karena kami punya keyakinan ibadah itu bukan hanya dengan harta tapi dengan pikiran dan tenaga,” kata Asep.
Ke depan, Asep berharap, dari baitul mal juga bisa membiayai pos lain.
Bahkan, cita-cita dari kepemudaan untuk membeli mobil operasional atau mobil ambulans untuk melayani warga yang sakit dan lain sebagainya.
“Alhamdulillah, kami bersyukur dari program kepemudaan ini, muda-mudi sekarang bersatu dari yang dulunya berpecah.”
“Karena tidak terelakkan bahwa sekarang jiwa gotong royong dan kebersamaan pemuda itu semakin terkikis. Makanya niat kami ingin menghidupkan itu,” ujar Asep.
Sementara itu, Ketua DKM Masjid Al Hidayah KH Muslihat menyatakan dukungannya terhadap program baitul mal ini.
Menurut Muslihat, baitul mal adalah program mandiri yang dikelola oleh kepemudaan. Keuangan pun terpisah dari kas DKM Masjid Al Hidayah.
Dan karena programnya berjalan dengan baik, Muslihat pun mempersilakan agar program ini terus dilanjutkan. fey