twads.gg

Kembalikan Palestina ke Tangan Umat Islam

Kembalikan Palestina ke Tangan Umat Islam
Palestina merdeka, usir Zionis Israel biadab. Foto from Pixabay

OPINION, ruber.id – Agresi brutal Zionis telah merenggut satu atau kedua orangtua dari 39.384 anak di Jalur Gaza, Palestina sejak 7 Oktober 2023, lalu.

Tanpa henti serangan demi serangan terus berlanjut hingga pada 18 Maret 2025, Gaza kembali digempur Zionis, mencabik gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan sejak 19 Januari.

OLEH: Yanyan Supiyanti, A.Md. (Pendidik Generasi)

Kebiadaban Zionis Yahudi, tak hanya merampas nyawa dan harapan. Tetapi juga, mewariskan generasi yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua.

Mereka melakukan genosida yang telah menciptakan salah satu krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern.

Menurut Biro Statistik Palestina, anak-anak di Gaza kehilangan ayah, ibu, atau keduanya.

Sekitar 17.000 anak kini benar-benar yatim piatu, hidup tanpa pelindung dan tanpa pengasuhan.

Perlindungan terhadap anak-anak Palestina, nyaris hanya sebatas jargon.

Hak-hak dasar mereka, dirampas di depan mata dunia yang memilih bungkam.

Mereka, tak bisa tumbuh dalam dekapan orang tua karena para penjajah Zionis Yahudi telah membantai keluarga mereka.

Mereka, tak bisa belajar karena sekolah-sekolah dibombardir hingga rata dengan tanah.

Saat sakit, mereka tak bisa berobat karena rumah sakit telah dihancurkan.

Bahkan, hak paling mendasar, hak untuk hidup, pun direnggut, bahkan sejak mereka baru terlahir ke dunia.

Baca juga:  Perempuan Terjaga dan Terlindungi dalam Islam

Apa kesalahan anak-anak ini? Mereka belum mengenal dosa.

Namun, ambisi Zionis Yahudi yang didukung penuh oleh negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan sekutunya, telah merenggut seluruh kebahagiaan mereka.

Bahkan, untuk sekadar makan dan minum pun mereka tak punya.

Mereka terpaksa mengunyah rumput dan tanah, serta meminum air kotor demi bertahan hidup.

Setiap hari, mereka menyaksikan kematian orang-orang tercinta.

Bagaimana kita berharap jiwa mereka baik-baik saja? Tubuh mereka berdarah, jiwa mereka pun terluka dalam.

Baru-baru ini, serangan udara Zionis Yahudi menghancurkan fasilitas medis di Jalur Gaza Palestina.

Jalur Gaza, Palestina kembali bising akibat serangan udara Zionis Yahudi sejak fajar tiba, Jumat (11/4/2025) pagi waktu setempat.

Setidaknya 10 orang terluka, di antaranya adalah tujuh anak-anak, di Jalur Gaza Selatan, Khan Younis.

Satu tewas, dan empat lainnya terluka akibat serangan udara di Rafah.

Sementara di Jalur Gaza Tengah, sekitar area Deir-el-Balah, beberapa warga Palestina diserang oleh drone Zionis Yahudi. Yang kini, tengah dirawat di rumah sakit sekitar Masjid Al-Aqsa.

Di bagian utara Gaza, di al-Atratra sekitar area Beit Lahiya, dua di antaranya meninggal dan lainnya terluka akibat serangan udara Zionis Yahudi.

Korban terluka, kini dirawat di Rumah Sakit Indonesia, yang menyatakan bahwa kondisi mereka tengah kritis.

Baca juga:  Hari Kasih Sayang, Padahal Sejarah Valentine Ngeri Sekali

Akibat gempuran udara dari pagi, fasilitas pengobatan Doktor Tanpa Batas Negara (atau dikenal sebagai MSF dalam Bahasa Prancis) mengalami banyak masalah.

Koordinator MSF Myriam Laaroussi menyatakan beberapa masalah. Yaitu, blokade suplai medis dan alat desalinasi yang tidak berfungsi akibat pemutusan hubungan listrik oleh Zionis Yahudi.

Ditambah dengan kurangnya suplai makanan dan minuman yang menyebabkan warga Palestina kekurangan gizi.

Selain itu, perintah evakuasi setiap harinya yang menyebabkan mereka harus tinggal di tenda-tenda pengungsian.

Seluruh masalah tersebut, menyebabkan para pengungsi Palestina semakin rentan terhadap penyakit.

Laaroussi menambahkan, gencatan senjata yang dilaksanakan selama bulan Ramadan kemarin adalah kesempatan yang bagus untuk menambah fasilitas medis.

Namun, terlalu singkat untuk membuat perubahan nyata.

Laroussi khawatir, sekarang fasilitas medis kembali menjadi target serangan Zionis Yahudi.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa, jumlah korban jiwa telah mecapai hingga 50.886 warga Palestina.

Angka ini, dapat mencapai 61.700 jumlah korban yang sisanya belum teridentifikasi akibat tertimbun reruntuhan gedung.

Sementara, dari kubu Zionis Yahudi menyatakan bahwa setidaknya 40 target anggota pasukan Hamas telah dinetralisasi oleh pasukan udara dan darat selama serangan beberapa hari terakhir. (ruber.id, 12/4/2025)

Lantas, apa yang dilakukan dunia? Sangat sedikit, bahkan bisa dikatakan tak ada.

Penjajah Zionis Yahudi masih dibiarkan melakukan genosida.

Baca juga:  Fenomena Stigma Negatif Orang Tua Terhadap Game

PBB, OKI, dan Liga Arab tak menunjukkan sikap tegas yang mampu menghentikan pembantaian ini.

Dunia Islam pun hanya mengecam dari kejauhan, tanpa tindakan nyata untuk membebaskan Palestina.

Maka jelas, masa depan Palestina tidak berada di tangan Barat. Juga, bukan di tangan para penguasa boneka yang hanya sibuk menjaga kepentingannya sendiri.

Kembalikan Palestina ke Tangan Umat Islam

Harapan sejati Palestina hanya ada pada kebangkitan kepemimpinan Islam.

Sebuah institusi yang dalam sejarahnya terbukti menjadi pelindung umat. Termasuk, anak-anak Palestina.

Kepemimpinan Islam telah membebaskan Palestina dari penjajahan Romawi di era Khalifah Umar bin Khaththab.

Di bawah kepemimpinan Islam, Palestina menjadi negeri yang aman, makmur, dan penuh ilmu.

Madrasah-madrasah dibangun, termasuk Madrasah Nizhamiyah di Yerusalem yang melahirkan sosok agung seperti Imam al-Ghazali.

Saat Pasukan Salib menyerang, kepemimpinan Islam membalasnya dengan mengirim Shalahuddin al-Ayyubi, membebaskan Al-Quds dan mengembalikannya ke tangan umat Islam.

Ketika kepemimpinan Islam runtuh, hilang pula perisai pelindung Palestina.

Tanpa kepemimpinan Islam, umat Islam tercerai-berai, tidak punya komando untuk berjihad membebaskan tanah suci itu.

Maka, penegakan kembali kepemimpinan Islam dan jihad fi sabilillah bukan hanya idealisme.

Tapi, satu-satunya solusi hakiki bagi kemerdekaan Palestina dan keselamatan generasi anak-anaknya. Wallahualam bissawab. ***