KOPI PAGI, ruber.id – Kapten Naseh, lahir dari pasangan Rustijan dan Sulbiah, yang merupakan pedagang batik di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Beliau, lulusan Hollandsche Inlandsche School atau HIS di Tasikmalaya, dan melanjutkan pendidikannya di Handlesdchool Bandung.
Setelah menyelesaikan studinya, beliau kembali ke Tasikmalaya dan terlibat dalam gerakan bawah tanah melawan kolonial Belanda.
Sejarah Perjuangan Kapten Naseh
Tempat kediaman beliau, kerap dijadikan tempat berkumpul untuk para pemuda dari Tasikmalaya. Seperti Singaparna, Rajapolah dan Banjar.
Yang mengakibatkan beliau ditangkap, karena dicurigai akan melakukan perlawanan terhadap para pasukan Jepang.
Saat Jepang kalah dan Indonesia kembali dikuasai oleh Belanda, Kapten Naseh masih tetap di penjara dan terkena ancaman hukuman mati.
Beliau, mewakili 100 orang lainnya yang terlibat dalam gerakan perlawanan. Selama pemeriksaan, beliau disiksa agar mau mengakui.
Karena penyiksaan itu, beliau balik menuntut, karena pemeriksaan dinilai tidak sah. Sebab, harus mengakui hal yang tidak benar dengan cara penyiksaan.
Akhirnya Kapten Naseh dibebaskan, bersama dengan tokoh lain seperti Otosin.
Pada tanggal 18 September 1945, para pemuda berkumpul di kediaman Kapten Naseh.
Seperti eks Peta, Yogekitai, Kaigun Heiho, dan pegawai lain yang pernah mengabdi kepada Jepang.
Hal itu, mereka lakukan untuk merencanakan pengusiran Belanda. Karena, masih berada di Tasikmalaya padahal sudah diumumkan Proklamasi Kemerdekaan.
Dan peristiwa heroik pun terjadi pada 18 September 1945, di mana hampir seluruh pemuda berperang untuk mengusir Belanda.
Kapten Naseh pun, dekat dengan beberapa tokoh Pejuang Nasional lainnya. Karena aktivitasnya saat berada di Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI.
Kapten Naseh lebih dulu masuk ke dalam penjara, dan beliau pun menjadi saksi. Saat KH Zainal Mustafa dimasukkan kedalam penjara, karena memimpin pemberontakan.
Kapten Naseh pun pernah mendapatkan penghargaan berupa Piagam, yang ditandatangani langsung oleh Bung Hatta.
Piagam tersebut merupakan apresiasi dari Wakil Presiden, atas jasa Kapten Naseh dalam perjuangan di Pendidikan Nasional Indonesia.
Kapten Naseh wafat pada tahun 1980. Sebelum wafat, beliau menolak untuk dimakamkan di taman makam pahlawan.
Beliau, lebih memilih dimakamkan di pemakaman keluarga. Namanya kemudian diabadikan menjadi sebuah jalan, yakni Jalan Kapten Naseh di wilayah Cipedes, Kota Tasikmalaya.