BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Kapal tongkang pengangkut beton untuk proyek pemasangan breakwater atau pemecah ombak di Pantai Barat Pangandaran, Jawa Barat, kandas.
Kapal tongkang tersebut, terdampar di Pantai Bojongsalwe, Kecamatan Parigi, pada Rabu (18/8/2021) lalu.
Kandasnya kapal besar itu, diduga akibat tali tambat tongkang putus lantaran diterjang ombak besar.
Kemudian, kapal pengangkut beton itu terbawa ombak ke tepi pantai sehingga kandas.
Selain itu, alat berat atau crane yang berada di atas tongkang pun ikut terjatuh, hampir setengah badannya terendam air laut.
Kejadian itu, sempat menjadi perhatian warga setempat. Karena ada sebuah kapal terdampar di tepi pantai.
Hingga saat ini, proses evakuasi belum membuahkan hasil.
Karena, kapal thugboat atau kapal penariknya juga mengalami kendala di baling-baling (propeller).
Akibat dari insiden itu, jadwal pekerjaan proyek tersebut terganggu.
Pantauan di lapangan, sejak beberapa bulan terakhir di sekitar Pelabuhan Bojongsalawe sedang dilakukan pembuatan beton-beton (eject dan kubus) pemecah ombak.
Hasil cetakan beton tersebut nantinya ditenggelamkan atau dipasang di Pantai Barat Pangandaran.
Teknisnya, dari Pelabuhan Bojongsalawe, eject dan kubus itu diangkut menggunakan kapal.
Pekerjaan itu merupakan proyek milik Pemprov Jawa Barat.
Dari papan proyek diketahui, pemasangan breakwater itu pekerjaan dari Dinas Sumber Daya Air UPTD Pengelolaa Sumber Daya Air wilayah Sungai Ciwulan-Cilaki.
Dengan nilai sekitar Rp14.6 miliar dan dikerjakan oleh sebuah perusahaan swasta asal Jakarta.
Insiden Tongkang Kandas Mengganggu Jadwal Pekerjaan Proyek
Perwakilan pelaksana proyek Ariston Tambunan mengatakan, kapal tongkang yang kandas di Pantai Bojongsalawe, Pangandaran itu hendak mengangkut beton pemecah ombak ke Pantai Barat Pangandaran.
“Kami mengangkut beton kan menggunakan tongkang. Tapi karena cuaca buruk dan arus laut kencang, malah terjadi kejadian seperti ini.”
“Tentu sangat mengganggu jadwal pekerjaan proyek ini,” kata Ariston.
Padahal, akhir pekan (kemarin) rencananya akan peluncuran beton pemecah ombak di Pantai Barat Pangandaran.
Namun, dengan kandasnya kapal tongkang tersebut pekerjaan jadi tertunda.
“Kami sedang melakukan upaya evakuasi atau melakukan langkah-langkah lain, misalnya mendatangkan kapal pengganti. Sedang kami koordinasikan,” ujarnya.
Ariston menuturkan, pihaknya optimistis kejadian itu tak akan mengganggu pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Atau sampai pekerjaan molor melewati batas waktu pelaksanaan proyek.
“Batas waktunya di bulan Oktober mendatang. Ya, ini sekadar masalah teknis, segera kami tangani. Pekerjaan secara keseluruhan tidak akan terganggu,” tuturnya.
Pemasangan Breakwater Menyokong Aktivitas Pariwisata
Pemasangan breakwater di Pantai Barat Pangandaran ini merupakan program Pemprov Jawa Barat untuk menyokong aktivitas pariwisata di Kabupaten Pangandaran.
Dengan adanya pemecah ombak, arus di pantai akan menjadi lebih tenang dan mendukung faktor keselamatan wisatawan.
Dengan pemasangan pemecah ombak sepanjang 132 meter ini, area berenang di Pantai Pangandaran nantinya akan semakin panjang.”
“Pemasangan pemecah ombak kali ini merupakan proyek lanjutan dari kegiatan serupa di tahun sebelumnya.
Nilai Proyek Pemasangan Breakwater di Pangandaran Rp14.6 Miliar
Pemasangan breakwater di Pantai Barat Pangandaran pada anggaran tahun 2021 ini merupakan sisa dari kegiatan tahun 2019.
Di mana, pada tahun sebelumnya, beton pemecah ombak sudah ditenggelamkan sepanjang 120 meter.
“Pemasangan breakwater ini sepanjang 252 meter,” kata Kepala UPTD Wilayah Sungai Ciwulan-Cilaki pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Barat Aseng Supriatna melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Heri Prajitno.
Untuk pekerjaan di tahun 2021, kata Heri, sepanjang 132 meter dengan lebar 26 meter dan tinggi 3.5 meter.
Besar anggaran proyek tersebut di tahun ini sekitar Rp14.6 miliar dengan lama kontrak enam bulan atau 180 hari.
Dia menyebutkan, lama waktu kontrak 180 hari diambil dari pengalaman pembangunan breakwater pada tahun sebelumnya.
Karena, proses pemasangan breakwater terkadang mengalami hambatan cuaca yang sulit diprediksi.
“Soal insiden kapal tongkang yang kandas dan jatuhnya alat berat memang mengganggu waktu pekerjaan.”
“Tapi tidak secara keseluruha. Sekarang permasalahan ini masih dalam pembahasan di provinsi,” sebutnya.