GARUT  

Petani Garut Keluhkan Anjloknya Harga Bawang Merah

Bawang merah
Petani di Kabupaten Garur panen bawang merah.

BERITA GARUT, ruber.idsebagai salah satu bumbu masak utama dan dibutuhkan semua juru masak, budi daya bawang merah tentu cukup menggiurkan.

Namun, tak selamanya bisnis bawang ini bersinar. Sejumlah petani di wilayah Bayongbong, Kabupaten Garut, mengeluhkan anjloknya harga bawang lokal Garut.

Menurut salah seorang petani bawang merah di Bayongbong, Asep, anjloknya harga bawang diduga karena melimpahnya hasil panen. Baik panen lokal, maupun dari luar daerah.

“Harga bawang merah lokal saat ini betul-betul anjlok, karena hasil panen melimpah.”

“Situasi ini semakin buruk, karena banyak kiriman bawang merah dari Jawa Tengah yang harganya murah. Di Jawa pun sama, sedang melimpah,” kata Asep, Rabu (31/1/2019).

Baca juga:  Bupati Garut: Pohon Samida akan Dijadikan Ikon Garut

Asep mengungkapkan, anjloknya harga bawang ini bukan yang pertama kalinya.

Pada musim panen lalu, harga jual juga anjlok, sehingga petani tidak mendapatkan keuntungan, dan harga jual tidak sesuai dengan biaya tanam.

Saat ini, ungkap Asep, harga jual dari petani pada pihak pengepul tidak lebih dari Rp7000/kg.

“Padahal, kalau harganya sedang normal, kami bisa menjual hingga Rp20.000 per kilogramnya. Sudah dua kali musim panen selalu begini. Kami rugi besar,” katanya.

Petani lainnya, Hidayat, mengatakan bahwa ia saat ini sudah tidak terlalu fokus menanam bawang merah.

“Belajar dari pengalaman pada musim panen lalu, sekarang saya tidak banyak menanam bawang.”

“Sebagian besar lahan kini saya tanami dengan komoditas lainnya. Ada cabai besar, cabai rawit, dan kembang kol,” terangnya.

Baca juga:  KPU Garut Rakor Verifikasi Faktual Kepengurusan dan Keanggotaan Parpol Calon Peserta Pemilu 2024

Sementara itu, Rahmat Budi, peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengatakan, seperti halnya cabai merah maupun tomat, harga jual bawang merah memang fluktuatif.

Saat panen raya, tidak semua hasil pertanian bisa diserap pasar, sehingga terjadi oversuplai.

Berbagai pihak, terutama lembaga-lembaga terkait, perlu memikirkan solusinya dengan mengedukasi petani, agar mereka tidak selalu merugi ketika terjadi panen raya.

“Bisa dengan mekanisme kerjasama dengan pihak industri, atau merancang formulasi penyimpanan jangka panjang yang betul-betul aman, sehingga harga bawang tetap stabil,” katanya.***