Hari Puisi Sedunia, Komunitas Cermin Tasikmalaya Nobar Film tentang Puisi

Hari Puisi Sedunia, Komunitas Cermin Tasikmalaya Nobar Film tentang Puisi
Diskusi beraama dalam peringatan Hari Puisi Sedunia, Senin (21/3/2022). ayu/ruber.id

BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Lewat menonton film berjudul “Suatu Malam, Ketika Puisi Tak Mampu Ia Tulis Lagi”, Komunitas Cermin Tasikmalaya mengajak mahasiswa, dan masyarakat penikmat puisi di Kota Tasikmalaya merayakan Hari Puisi Sedunia.

Pemutaran Film Pendek itu juga kemudian diapresiasi oleh tiga pengulas, yakni dari kalangan mahasiswa dan pakar yang hadir.

“Hari puisi sedunia ini harus ada yang merayakan, untuk memantik teman-teman yang suka puisi terus ada,” kata Ketua KCT Tasikmalaya, Ashmansyah Timutiah.

Puisi dari Masa ke Masa

Kang Acong (Sapaan Ashmansyah Timutiah) mengatakan, puisi masih jadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan.

“Orang sekarang cenderung kurang merenungi persoalan kehidupan, dan puisi adalah sebuah kontemplasi untuk merenung.”

Baca juga:  Kepergok Maling Motor, Warga Parungponteng Tasikmalaya Dihajar Massa

“Terutama, anak-anak muda ayo menulis, dan dijadikan sebagai tumpuan untuk curhat,” tambahnya.

Kang Acong juga menerangkan, perbedaan puisi dari masa ke masa. Menurutnya, tingkat literasi akan memengaruhi terhadap kecapakan membaca dan membuat puisi.

“Puisi sekarang lebih variatif, tapi tingkat kedalamannya ternyata tidak seperti sebelum munculnya medsos. Sekarang lebih dangkal, mungkin tingkat renungannya berbeda. Masalah sedikit jadi status di medsos,” katanya.

Pernyataan itu nampak pula dalam adegan film pendek yang diputar, memperlihatkan pemuda masa kini yang gemar membuat puisi dari rasa kagumnya terhadap perempuan.

Menampilkan pula para suhu penyair seperti Chairil, Tardji, dan Sapardi.

“Aku tahu, puisi macam apa yang hendak kamu tulis. Sehingga membuatmu terburu-buru begitu. Kamu, pasti baru saja teringat perempuan yang kamu cintai,” kata Sapardi dalam adegan di film.

Baca juga:  Sosialisasi Prokes ala Badut Tasikmalaya, Pelajar Tak Pakai Masker Diganjar Kartu Merah

Kang Acong menambahkan, belajar puisi yang benar, harus seneng baca buku, berdiskusi, dan mengapresiasi.

“Buku apapun, karena itu akan menjadi pemantik untuk kita menulis. Tidak harus sastra bisa baca apa aja,” tambah Kang Acong.

Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB tersebut, tak hanya menyajikan pemutaran film.

Adapun diskusi tentang film tersebut diulas oleh Wawam Nur Mubarokah, Nizar Machyuzar, dan Ai Siti Mardiah.

Di sela diskusi pun, penonton yang hadir diberikan pertunjukan pembacaan puisi dan musikalisasi puisi oleh anggota Komunitas Cermin Tasikmalaya.

“Acaranya seru dan bermakna. Pembahasan mendalam mengenai puisi dibalut dengan suasana kekeluargaan, menambah khidmat perayaan hari puisi sedunia,” tutur Dila, mahasiswa Universitas Siliwangi.

Baca juga:  Warung Papa Burjo Tasikmalaya, Nongkrong Murah nan Elegan Ya di Sini Tempatnya!

Penetapan Hari Puisi Sedunia

Hari Puisi Sedunia biasa diperingati setiap 21 Maret. UNESCO meresmikan Hari Puisi Sedunia ini pada tahun 1999, lalu.

Adapun, tujuan dari perayaan ini untuk mempromosikan pembacaan, penulisan, penerbitan, dan pengajaran puisi di seluruh dunia.

UNESCO dalam deklarasinya menyatakan, untuk memberikan pengakuan dan dorongan baru bagi gerakkan puisi nasional, regional, dan internasional.

Penulis: Ayu Sabrina/Editor: Bam