Gending Karesmen Prabudilaya, Pukau Warga Tasikmalaya

Seni Pertunjukkan Gending Karesmen Prabudilaya
Seni pertunjukkan Gending Karesmen Prabudilaya pukau warga Tasikmalaya. andy/ruber.id

KOPI PAGI, ruber.id – Seni pertunjukkan Karesmen Prabudilaya garapan sejumlah sanggar seni mampu memukau warga Kota Tasikmalaya.

Seni pertunjukkan ini menunjukkan ragam potensi seni budaya tumbuh dan berkembang di Tasikmalaya yang notabene Kota Santri.

Di mana, kehidupan cerita, legenda, bahkan mitos masih hidup di kalangan masyarakat.

Salah satunya adalah cerita Eyang Prabudilaya yang masih dipelihara oleh masyarakat Tasikmalaya, sampai saat ini.

Cerita sosok Prabudilaya ini divisualisasikan dalam panggung pertunjukkan dengan garapan Gending Karesmen.

Tampilan ini dilaksanakan dalam rangkaian acara kibar budaya jilid 6 yang digagas oleh Rumpun Karawitan, yang tergabung dalam Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya (DKKT).

Gending Karesmen merupakan drama khas Jawa Barat (Sunda).

Dalam drama ini, dialognya dinyanyikan dengan iringan musik tradisional karawitan.

Sajian seni pertunjukkan ini sangat memukau penonton di dalam Gedung Kesenian, Sabtu (25/9/2021) malam pukul 19.30 WIB.

Sebelum pertunjukkan dimulai, penoton disuguhi dengan tarian.

Selain itu, tampilan pupuh yang dibawakan oleh anak usia Sekolah Dasar (SD) hasil pembinaan dari lingkung seni (sanggar).

Baca juga:  Pandemi Covid-19 Tak Kunjung Berakhir, Ini Keluh Kesah Buruh Pabrik dan Pengusaha Tasikmalaya

Dalam sajian ini, jelas terlihat segudang potensi yang dimiliki oleh para nonoman di Kota Tasikmalaya.

Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya (DKKT), Budi Riswandi menuturkan, gending karesmen ini, merupakan pertunjukan yang luar biasa.

Kolaborasi antara musik, gerak dan lagu.

“Pertunjukan Prabudilaya bisa mengobati rasa dahaga pertunjukkan di masa pandemi,” kata Bode, sapaan akrab Budi Riswandi kepada ruber.id.

Hal ini pun mengingatkan masyarakat Tasikmalaya dengan pertunjukkan Gending Karesmen.

“Sekitar 50 tahun silam, pernah dipentaskan dengan judul Galunggung Ngadeg Tumenggung, sampai pernah dipentaskan di istana negara,” ucap Bode.

Digarap Apik Sejumlah Sanggar Seni

Garapan Gending Karesmen Prabudilaya ini melibatkan beberapa sanggar seni.

Di antaranya, Sanggar Panghegar, Sanggar Bangkolung, Kanca Indihiang.

Kemudian, Sanggar Rangga Setra, Sanggar Gentra Mustika, Kokams Tasikmalaya, Sanggar Debits.

Adapun, naskah pertunjukkannya digarap apik oleh Ade Saepudin.

Baca juga:  Pencipta Logo Kota Tasikmalaya Dukung Ekspedisi Himalaya

Bertindak sebagai sutradara Tatang Pahat, dan asisten sutradara Andi Ibo.

Selanjutnya, pada lighting Indra orok.

Lalu, penokahan yang terlibat dalam garapan ini di antaranya Prabudilaya diperankan oleh Rahman.

Ibu Batari Hiang Janapati oleh Maya Caturistayu.

Nyi Ratu Campaka oleh Sucia Panca Lestari.

Kemudian peran lainnya Dewi Sakarembong oleh Vadya Gracelita Putri Azzahra.

Guru kanuragan Ifan Nugraha, Guru spiritual Nurul fadilah.

Ponggawa Septian Hadiansah dan Iwan Kurniawan.

Petikan kecapi dan merdunya suara suling sebagai pengiring pertunjukan, membuat suasana semakin khidmat mengiri adegan demi adegan yang dipentaskan.

Begitu pula dengan merdunya suara penembang (vokalis) yang menuturkan cerita.

Ketua Komunitas Kacapi Mania Sunda (Kokams), Susanto menuturkan, untuk iringan musik dalam pagelaran Gending Karesmen ini menggunakan seperangkat alat tradisional Tembang Sunda Cianjuran.

Terdiri dari kacapi indung, rincik, kenit dan suling.

“Kenapa kami menggunakan alat tersebut, untuk lebih menyentuh hati para penonoton,” ucapnya.

Selain itu, garapan pertunjukkan ini tiada lain, untuk memublikasikan sosok Prabudilaya ke masyarakat luas.

Baca juga:  Budidaya Hewan Buas Pemangsa Ternak Ini Menjanjikan, Warga Pangandaran Jadi Jutawan

Sekaligus, untuk mengangkat siapa sebenarnya sosok Prabudilaya tersebut.

Susanto berharap, dengan adanya pagelaran Gending Karesmen dapat merangsang jiwa dan rasa para seniman, nonoman yang ada di Kota Tasikmalaya.

Khususnya, untuk dapat melestarikan seni Sunda, terutama seni tembang Sunda Cianjuran.

Sejarah Singkat Eyang Prabudilaya

Eyang Prabudilaya adalah sosok penyebar Islam di tanah Sukapura (Tasikmalaya saat ini).

Prabudilaya berasal dari Kerajaan Sumedanglarang.

Prabudilaya berkelana dari Sumedang dan keluar dari Kerajaan Sumedanglarang ke Sukapura.

Tujuannya, yakni untuk menimba ilmu.

Setelah wafat, Eyang Prabudilaya dimakamkan di pulau kecil di Situ Gede.

Situ Gede berlokasi kurang lebih 3 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya.

Tepatnya, di Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

Saat ini, Situ Gede menjadi destinasi wisata alam di Kota Tasikmalaya.

Penulis: Andy Kusmayadi/Editor: D-AM