BERITA NASIONAL, ruber.id – Gempa bumi magnitudo 4,3 yang mengguncang wilayah Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Rabu (28/5/2025) pagi, menjadi sorotan para ahli kebumian.
Selain karena wilayah ini sebelumnya tergolong tenang secara seismik, gempa ini mengungkap fakta baru mengenai potensi kegempaan tersembunyi di wilayah tersebut.
Menurut keterangan resmi dari Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa terjadi pada pukul 08.41 WIB.
Pusat guncangan terletak di darat, sekitar 35 kilometer timur laut Banyuasin.
Episenter berada pada koordinat 2,35° LS dan 104,94° BT dengan kedalaman hiposenter dangkal, hanya 5 kilometer.
“Gempa ini tergolong jenis kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang disebabkan oleh aktivitas sesar aktif. Dengan mekanisme pergerakan mendatar atau strike-slip,” jelas Daryono melalui rilis yang diterima ruber.id, Kamis (29/5/2025) pagi.
Menariknya, sumber gempa ini berasal dari sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya.
Temuan ini, menjadi tantangan baru bagi para ahli geologi untuk memperbarui peta sesar aktif dan bahaya gempa di Indonesia. Khususnya, di wilayah Sumatera Selatan.
Guncangan Terasa Hingga Palembang
Daryono menyebutkan, gempa dirasakan cukup kuat di beberapa wilayah.
Di Banyuasin dan Palembang, intensitas guncangan mencapai skala III hingga IV MMI
Sedangkan, di Musi Banyuasin mencapai skala III MMI.
Meski demikian, gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami karena kekuatan magnitudonya tergolong kecil.
Selain itu, tidak cukup untuk menyebabkan deformasi dasar laut yang signifikan.
BMKG memastikan bahwa hingga Kamis pagi (29/5/2025), belum terdeteksi adanya aktivitas gempa susulan.
Banyuasin Tidak Lagi “Wilayah Aman”?
Daryono menjelaskan, berdasarkan data seismisitas dari BMKG, wilayah Banyuasin sebelumnya belum pernah tercatat mengalami gempa signifikan dalam periode 2009-2024.
Bahkan dalam katalog gempa merusak, belum ada laporan mengenai gempa destruktif di daerah ini.
“Hal inilah, yang membuat sebagian masyarakat menganggap gempa Banyuasin sebagai fenomena yang tidak lazim,” jelas Daryono.
Namun, menurut Daryono, justru gempa ini menjadi peringatan penting bahwa di wilayah yang selama ini dianggap aman. Bisa saja, tersembunyi sesar aktif yang belum teridentifikasi.
Hal ini, sejalan dengan teori geologi yang menyatakan bahwa sesar aktif dapat terbentuk tidak hanya di batas lempeng tektonik.
Tetapi juga, di dalam interior lempeng akibat distribusi tekanan geologi yang tidak merata.
Pentingnya Membangun Bangunan Tahan Gempa
Dengan adanya temuan ini, BMKG mengingatkan pentingnya kesadaran mitigasi bencana. Termasuk, penerapan konstruksi bangunan tahan gempa di Banyuasin dan sekitarnya.
“Jika gempa pernah terjadi, maka sangat mungkin akan terjadi lagi. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap guncangan gempa menjadi kebutuhan mendesak untuk mengurangi potensi kerusakan dan korban jiwa,” tegas Daryono.
Peristiwa gempa Banyuasin ini, menjadi pengingat bahwa kewaspadaan terhadap bencana geologi harus merata di seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya di daerah yang selama ini dikenal rawan gempa. ***