Ekonomi Terpuruk Akibat Sanksi Barat, Rusia Andalkan China

Ekonomi Terpuruk Akibat Sanksi Barat, Rusia Andalkan China
Rusia-China. Foto: Istockphoto.

BERITA INTERNASIONAL, ruber.id – Invasi Rusia ke Ukraina, ternyata berdampak sangat serius bagi Negeri Beruang Merah. Ekonomi Rusia dihantam sanksi barat yang berpengaruh besar.

Setengah dari cadangan emas dan mata uang asing Kremlin di luar negeri, banyak dibekukan. Rusia menghadapi persoalan krisis ekonomi yang cukup telak.

Meski demikian, mereka sangat berharap besar pada sekutunya, China.

Sebagian dari cadangan emas serta valuta asing yang terkonversi dalam Yuan menjadi andalan Putin utnuk bisa bertahan di tengah sanksi negara-negara barat, seperti dilansir oleh Reuters, Senin (14/3/2022).

“Kami tidak menutup mata pada tekanan barat terhadap China agar membatasi kerjasama apa pun terhadap kami.”

“Tapi kami yakin, kemitran kami dengan China justru akan semakin meningkat,” ujar Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov.

Baca juga:  Amankan Tiket Semi Final EURO 2020, Inggris Tampil Sadis

Siluanov juga menegaskan, pihaknya memang mencari bantuan ke China agar dampak negatif dari sanksi ekonomi ini bisa sedikit teratasi.

Meski barat memperingatkan China atas hal ini, namun pemerintahan Presiden Xi Jinping seolah tak bergeming lantaran China memiliki ‘dendam’ yang sama kepada barat yang dipimpin Amerika Serikat.

Rusia dan China pada 4 Februari lalu telah mengadakan kerjasama dan menjadi mitra di segala lini.

Tujuannya jelas disebutkan kemitraan ini, untuk melawan pengaruh Amerika Serikat dan mereka menyebutnya ‘kawan tanpa batas’.

Bantah Permintaan Bantuan Militer Rusia

Sementara itu, berembus kabar Kremlin juga meminta bantuan militer ke Beijing, namun otoritas China menyangkal.

Media-media di AS ramai-ramai mengulas hal tersebut, China mengatakan pihaknya memprioritaskan dan fokus pada tujuan agar koflik Rusia-Ukraina tak meluas.

Baca juga:  Elon Musk Tantang Putin Duel Satu Lawan Satu, Respons Pengikutnya di Twitter Mengejutkan

Juru bicara China di Washington DC, Liu Pengyu, mengatakan jika pemerintahnya belum mengambil tindakan apa pun yang berhubungan dengan militer.

“Saya tidak pernah mendengar hal itu. Lagi pula, kami berkomitmen untuk terus memberi bantuan ke Ukraina,” jelas Pengyu.

Menurut Pengyu, Presiden Xi Jinping hanya menginstrukisikan agar China turut andil menjaga agar menghindari perang yang tak terkendali.

Sementara itu, Rusia dan militernya mulai merangsek mendekati Ibu Kota Kyiv. Kremlin berambisi untuk menduduki Kyiv.

Mereka sudah menyiapkan berbagai strategi demi menghempaskan Ukraina. Rusia meyakini, jika sudah menduduki Kyiv, maka wilayah lain akan lebih mudah untuk ditaklukkan.

Penulis: Ardini Maharani DS/Editor: Bam