Dua Bulan Warga Jawa Tengah Diserang Penyakit DBD, Ini yang Dilakukan Pemkab Boyolali

JAWA TENGAH, ruber.id – Dalam dua bulan terakhir, warga di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah diserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Tercatat, dari 22 kecamatan, hanya dua kecamatan yang masuk zona hijau atau belum ada warga yang terjangkit DBD.

Jika ditotal, sejak bulan Januari hingga hingga pertengahan Februari ini, jumlah kasus penyakit yang disebabkan gigigat nyamuk ini mencapai 381 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, dr Ratri S Lina menyebutkan, Demam Dengue yang paling banyak, sejak 1 Januari jumlahnya mencapai 217 kasus.

Sedangkan, kata Ratri, Demam Berdarah Dengue (DBD) ada sebanyak 163 kasus.

“Untuk DSS (Dengue Syok Syndrome), yang dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia, selama awal tahun ini baru satu orang saja,” kata Ratri kepada ruber.id, Minggu (16/2/2020).

Baca juga:  Tahun Baru Islam, Puluhan Anak Yatim dan Duafa di Kemiri Purworejo Terima Santunan

Ratri mengatakan, hingga saat ini, di Boyolali sendiri belum ada penderita yang meninggal dunia akibat serangan DBD.

Ratri menjelaskan, penyakit DBD cukup mengancam warga Boyolali selama musim hujan ini.

Bahkan, kata Ratri, jumlah penderitanya melonjak tinggi, jika dibandingkan dengan musim hujan sebelumnya.

Dalam meminimalisasinya, lanjut Ratri, pihaknya telah melakukan berbagai upaya pencegahan.

Di antaranya dengan melakukan fogging di wilayah endemik. Seperti di Kecamatan Karanggede, Sambi, Teras dan Ngemplak.

Selain itu, kata Ratri, sebagai upaya pencegahan juga, Dinkes Boyolali telah meminta warga untuk melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara mandiri.

Terlebih, kata Ratri, di musim hujan saat ini agar warga lebih waspada.

Baca juga:  Akses Menuju Dieng Dijuluki Tol Kayangan, Pemkab Banjarnegara Jajaki Potensi Pariwisata

Habitat nyamuk penyebab demam berdarah makin meluas. Karena memang, air hujan yang tak tertangani dengan baik menyebabkan terjadinya genangan.

“Jika ada botol atau wadah yang terisi air hujan, ini bisa menjadi habitat nyamuk aedes aegypti,” jelasnya.

Untuk itu, Ratri mengajak warga untuk rutin melakukan pengecekan lingkungan. Jika terdapat genangan air, maka air perlu dialirkan.

Jika terdapat botol bekas atau wadah yang sudah tak terpakai, bisa ditimbun di tanah.

Hal ini perlu dilakukan agar wadah itu tak terisi air hujan dan digunakan nyamuk untuk berkembang biak.

“Kami juga telah meminta Puskesmas di tiap wilayah untuk mengaktifkan kembalibkelompok Pengendali DBD di lingkungan warga,” ujarnya. (R008/Jolar)

Baca juga:  Desa di Purworejo Ini Bakal Jadi Kampung Durian

Baca berita lainnya: Gunung Merapi Keluarkan Letupan Setinggi 2.000 Meter