Cerita Jatuh Bangun Nokia, Ponsel Sejuta Umat di Indonesia

Nokia, Ponsel Sejuta Umat
Foto ilustrasi from Pexels

GADTECH, ruber.id – Nokia, dijuluki ponsel sejuta umat di Indonesia, kurun tahun 1990 hingga awal 2000-an. Namun, tak disangka, popularitas Nokia terjun bebas seiring dengan perkembangan teknologi, dan persaingan pasar smartphone dewasa ini.

Berikut ini, cerita jatuh bangun Nokia, ponsel sejuta umat yang dulunya hampir dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Perusahaan Nokia, yang berbasis di Finlandia, dikenal sebagai salah satu pemimpin dalam industri telekomunikasi selama bertahun-tahun.

Akan tetapi, seperti halnya perusahaan teknologi lainnya, Nokia telah mengalami perjalanan yang penuh tantangan dan perubahan dalam sejarahnya.

Dari puncak kejayaannya sebagai produsen ponsel terkemuka di dunia hingga kesulitan yang dihadapinya. Dalam menghadapi persaingan sengit di pasar global, inilah cerita jatuh bangunnya perusahaan Nokia.

Puncak Kejayaan Nokia

Pada tahun 1990-an dan awal 2000-an, Nokia adalah salah satu perusahaan telekomunikasi yang dominan di dunia.

Nokia merilis serangkaian ponsel inovatif yang menjadi sangat populer di kalangan konsumen.

Dengan desain yang futuristik, antarmuka pengguna yang sederhana, dan fitur-fitur canggih untuk saat itu. Seperti pemutar musik dan kamera.

Nokia meraih pangsa pasar yang signifikan, terutama di Eropa, dan menjadi merek ponsel terkemuka di dunia.

Selain itu, Nokia juga memiliki divisi bisnis jaringan dan infrastruktur telekomunikasi yang kuat, yang menjadi pilar pendapatan perusahaan.

Baca juga:  Masih Pakai PC Jadul? Segera Ganti Jika Tak Ingin Seperti Ini

Dengan teknologi canggih dalam pengembangan jaringan seluler, Nokia berhasil memenangkan kontrak besar dari operator seluler di seluruh dunia. Memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor telekomunikasi.

Tantangan Kompetitor

Namun, pada pertengahan 2000-an, Nokia mulai menghadapi tantangan yang serius.

Persaingan di pasar ponsel semakin ketat, dengan munculnya pesaing baru seperti Apple dan Samsung yang merilis ponsel pintar (smartphone) dengan fitur-fitur yang lebih canggih dan antarmuka pengguna yang inovatif.

Nokia, awalnya gagal mengantisipasi tren ini dan terlambat dalam mengadopsi sistem operasi yang lebih canggih dan ekosistem aplikasi yang komprehensif.

Selain itu, Nokia juga menghadapi tantangan dalam bisnis jaringan dan infrastruktur telekomunikasi.

Persaingan global yang ketat dan penurunan belanja dari operator seluler membuat Nokia kehilangan beberapa kontrak besar.

Hal ini, berdampak pada pendapatan dan laba perusahaan.

Perubahan Strategi dan Transformasi Nokia

Dalam menghadapi tantangan ini, Nokia melakukan perubahan strategi dan transformasi untuk menghadapi era baru di industri teknologi.

Pada tahun 2010, Nokia menggandeng Microsoft untuk mengadopsi sistem operasi Windows Phone untuk ponsel pintarnya.

Hal ini dilakukan dalam upaya untuk bersaing dengan Android dan iOS yang telah menguasai pasar smartphone.

Baca juga:  Google Keep, Ubah Suara Menjadi Text hingga Simpan Catatan Digital Lebih Teratur

Namun, langkah ini tidak berhasil mengembalikan posisi Nokia sebagai pemimpin pasar, dan pada tahun 2013, Microsoft mengakuisisi divisi ponsel Nokia.

Setelah itu, Nokia fokus pada bisnis jaringan dan infrastruktur telekomunikasi.

Kemudian, berfokus pada pengembangan teknologi 5G, Internet of Things (IoT), dan jaringan komunikasi berbasis cloud.

Nokia melakukan serangkaian restrukturisasi dan pemangkasan biaya untuk meningkatkan daya saingnya.

Selain itu, melakukan investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk memperkuat portofolio produknya.

Selain itu, Nokia juga melakukan akuisisi dan kerjasama strategis untuk menghadapi tantangan pasar.

Misalnya, Nokia mengakuisisi Alcatel-Lucent, perusahaan telekomunikasi asal Prancis, untuk memperluas jangkauan produk dan layanannya.

Selain itu, memperkuat posisinya di pasar Amerika Utara dan Asia.

Nokia juga menjalin kemitraan dengan operator seluler dan perusahaan teknologi lainnya untuk mengembangkan solusi inovatif dalam jaringan 5G, IoT, dan sektor lainnya.

Pemulihan dan Keberhasilan Terbaru Nokia

Langkah-langkah perubahan strategi dan transformasi yang diambil oleh Nokia mulai membuahkan hasil.

Pada tahun 2020, Nokia berhasil meningkatkan pendapatan dan labanya, dengan pertumbuhan yang signifikan di bisnis jaringan. Terutama, di pasar Amerika Utara.

Nokia juga terus menggali potensi teknologi 5G dan IoT, dengan meluncurkan produk-produk inovatif.

Baca juga:  Helo, Aplikasi Media Sosial yang Kian Populer di Indonesia

Seperti platform O-RAN (Open Radio Access Network) yang memberikan fleksibilitas dan interoperabilitas dalam jaringan 5G.

Selain itu, Nokia juga aktif dalam pengembangan teknologi masa depan.

Seperti jaringan 6G dan konsep Future X untuk menghadapi tantangan dan peluang di era teknologi selanjutnya.

Nokia juga terus berkomitmen pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam operasionalnya.

Selain itu, berfokus pada inisiatif seperti pengurangan emisi karbon dan keterlibatan dalam program-program sosial dan lingkungan.

Kesimpulan

Nokia yang merupakan ponsel sejuta umat di Indonesia ini, adalah contoh nyata dari perusahaan teknologi yang mengalami jatuh bangun dalam sejarahnya.

Dari puncak kejayaan sebagai produsen ponsel terkemuka, Nokia menghadapi tantangan dalam menghadapi persaingan global yang sengit, perubahan tren pasar, dan ketatnya persaingan di industri telekomunikasi.

Namun, dengan perubahan strategi, transformasi, dan inovasi yang berkelanjutan. Nokia berhasil melakukan pemulihan dan mencapai kesuksesan baru dengan fokus pada bisnis jaringan, pengembangan teknologi 5G, IoT, dan komitmen pada keberlanjutan.

Sebuah cerita yang menggambarkan bagaimana perusahaan harus terus beradaptasi dan berinovasi untuk tetap relevan dan sukses di dunia teknologi yang selalu berkembang pesat.