OPINION, ruber.id – Berkepribadian istimewa. Kepribadian manusia tercermin dari proses bagaimana ia berpikir tentang sesuatu dan mengambil sikap terhadap sesuatu.
Kepribadian (syakshiyah) terbangun atas aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap).
Tinggi rendahnya kualitas kepribadian kita, diukur berdasarkan tinggi rendahnya kualitas berpikir dan bersikap.
Sebagai manusia, kita tidak bisa menentukan mana yang baik atau buruk.
Tinggi atau rendahnya kepribadian seseorang, atas dasar sudut pandang pribadi sebagai manusia semata.
Manusia Lemah dan Terbatas
Kita banyak kelemahan, punya banyak keterbatasan.
Jangankan untuk menentukan sesuatu itu baik atau buruk, seseorang itu budiman atau preman. Untuk tahu dengan pasti aktivitas orang di dinding seberang sana kita tidak bisa.
Itulah kenapa kita butuh Zat yang tidak lemah dan tidak terbatas, Zat pemilik alam semesta yaitu Allah SWT.
Allah-lah satu-satunya Zat yang dapat dan berhak untuk memberikan petunjuk yang akurat, dan melalui Rasulullah SAW.
Kita, diberitahukan cara pelaksanaan petunjuk itu yang tepat.
Kepribadian yang Memesona
Kalau kita ingin punya kepribadian yang memesona, harus melandaskan pola pikir dan pola sikap berdasarkan keimanan kepada Allah SWT.
Jika landasan keimanan semakin kuat, kualitas kepribadian semakin prima.
Sebaliknya, kalau keimanan semakin pudar dan warna selain Islam yang semakin kental, kualitas kepribadian pun akan menuju titik nol besar.
Mengukur Diri
Coba kita mengukur diri, sudah cukupkah kita, punya modal untuk berkepribadian istimewa? Menjadi muslim sudah.
Kenal Allah pasti. Kenal Rasulullah sudah. Bekal pelajaran agama waktu SD masih punya.
Tapi, sayangnya untuk punya kepribadian istimewa tidak cukup dengan modal segitu. Mesti lebih.
Namanya spesial, wajar kita mengeluarkan usaha lebih besar.
Modal Istimewa
Kemusliman kita, adalah modal awal yang sangat berharga untuk punya kepribadian yang istimewa.
Tidak bisa tergantikan dengan apapun di dunia.
Akidah Islam yang kita miliki, adalah anugerah terindah yang Allah berikan kepada manusia.
Jadikanlah akidah Islam menjadi landasan dalam berpikir dan bersikap kita.
Selama Islam menjadi akidah dan menjadi standar hidup kita, kepribadian istimewa sudah bertunas dalam diri.
Tingal, kita memelihara dan mengembangkannya.
Sehingga, kita bisa survive menghadapi segala macam bentuk godaan yang bisa meruntuhkan iman.
Kepribadian Islami
Kepribadian istimewa itu, adalah kepribadian Islami.
Setiap muslim sudah punya tunasnya di setiap dirinya.
Namun, seringkali untuk meraih kepribadian yang istimewa jalannya pasti berliku.
Apalagi, untuk mempertahankannya, godaannya pasti besar.
Biasanya perbuatan-perbuatan yang kental “bau” surganya memang banyak tantangannya.
Untuk mempertahankan, dan memeliharanya perlu keikhlasan niat dan cara yang tepat.
Karena, kepribadian itu terbangun atas aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Yang mesti dibenahi, dipertahankan, lalu dikembangkan. Wallahu a’lam bishshawab.