Seberkas Cahaya untuk Indonesia Gelap

Seberkas Cahaya untuk Indonesia Gelap
Foto ilustrasi from iStockPhoto

OPINION, ruber.id – Seberkas Cahaya untuk Indonesia Gelap. Aksi protes terhadap kebijakan pemerintah kembali terjadi. Jika sebelumnya media sosial digemparkan dengan #IndonesiaDarurat dengan gambar garuda berlatar biru.

Kini, media sosial diramaikan dengan #IndonesiaGelap berlatar hitam. Aksi massa pun, mengikuti ramainya cuitan netizen di media sosial.

OLEH: Anisa Rahmi Tania

Berbagai media meliput ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas menggelar aksi bertajuk Indonesia Gelap.

Aksi ini digelar di Patung Kuda, Jakarta. Mereka menyampaikan orasinya untuk menyampaikan berbagai kritik.

Di antaranya terkait efisiensi anggaran pendidikan, kesehatan, juga permasalahan kesejahteraan rakyat, serta lapangan pekerjaan.

Selain di Jakarta, demo ini dilakukan secara serentak di lebih 10 wilayah di Indonesia.

Arti Suara Rakyat

Kekesalan rakyat dengan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah telah terjadi berulang kali.

Suara rakyat yang diwakili para mahasiswa adalah bentuk protes terhadap kebijakan yang dinilai tidak memihak rakyat.

Hal ini jelas wajar dalam alam demokrasi, karena setiap rakyat berhak menyampaikan pendapatnya baik langsung maupun tidak langsung.

Melalui aksi inilah rakyat meminta untuk diperhatikan berbagai hak yang tidak mereka dapatkan.

Akan tetapi, sering kali setelah aksi dilakukan, pemerintah tidak bergeming.

Sebut saja demo tolak RUU KUHP pada September 2019, lalu demo tolak RUU KPK masih pada September 2019, disusul demo tolak RUU Cipta Kerja pada awal tahun 2020.

Baca juga:  Islam Lahirkan Generasi Bercita-cita Luhur

Pada demo ini tidak hanya mahasiswa yang turun ke jalan, namun juga para buruh sama-sama menyuarakan penolakan.

Di tahun 2022 mahasiswa kembali turun ke jalan menolak presiden 3 periode, meski gagasan ini hanya wacana.

Akan tetapi, demo ini pun untuk menyuarakan keluhan masyarakat atas kelangkaan pangan dan harga bahan pokok yang melambung tinggi.

Sementara di tahun 2024 berbagai elemen mulai dari mahasiswa, buruh dan masyarakat lainnya menyampaikan aspirasi menolak pengesahan RUU Pilkada 2024.

Aksi ini merupakan kelanjutan dari “Peringatan Darurat” yang telah ramai di media sosial.

Dari sederet aksi, bahkan lebih banyak lagi aksi lainnya hingga memakan korban jiwa, pemerintah seakan tidak bergeming.

Berbagai kebijakan yang diambil tetap saja tidak berdasar pada kepentingan masyarakat tapi kepentingan segelintir orang saja.

Sebagaimana yang diungkapkan Adinda Tenriangke, selaku Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) seharusnya pemerintah mendengarkan dan menindaklanjuti aksi protes mahasiswa ini.

Harapannya aksi ini dapat memberikan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kebijakan publik.

Imbas Sistem Kapitalisme

Situasi yang semakin mencekik rakyat hari ini bukanlah kesalahan pengambil kebijakan semata.

Akan tetapi, karena penerapan sistem yang tidak menempatkan para penguasa sebagai pengurus rakyat.

Sistem kapitalisme hanya menjadikan asas manfaat sebagai tujuan. Maka, tidak heran jika para penguasa pun berfokus pada keuntungan materi dalam setiap kebijakannya.

Baca juga:  Bermain Peran sebagai Trik Jitu Mengusir Kebosanan Siswa dalam Pembelajaran Daring

Imbasnya, segala sumber daya alam tidak dikelola untuk kepentingan rakyat, tetapi digunakan untuk menarik investor.

Saat itu terlaksana, pemerintah tidak mendapat pemasukan dari sumber daya alam yang ada. Hanya pajak yang dijadikan satu tumpuan pemasukan nasional.

Akhirnya, segala kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi dengan maksimal, alih-alih rakyat hidup sejahtera.

Satu sisi masyarakat dicekik dengan kewajiban membayar pajak. Di sisi lain masyarakat dibebani harus memenuhi kebutuhan hidup yang tidak murah.

Mulai dari makan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan sebagainya.

Di tengah kesulitan tersebut, pemerintah menambah lagi dengan diambilnya kebijakan penghematan anggaran yang berimbas lagi pada kenaikan harga di berbagai sektor.

Inilah yang membuat masyarakat semakin letih dengan kondisi yang terjadi. Seakan negeri ini telah tertutupi awan hitam dan membuat suasananya menjadi gelap.

Artinya kapitalisme telah membuat negeri ini terselimuti kegelapan. Masyarakat sudah nyata meneriakkan kesengsaraan hidup di bawah cengkraman sistem ini.

Semestinya para penguasa pun memahami bahwa segala permasalahan yang terjadi pada dasarnya karena penerapan sistem yang salah.

Seberkas Cahaya

Rasulullah SAW, diutus Allah SWT, untuk mengubah gelapnya masa jahiliyah menjadi peradaban mulia dengan cahaya Islam.

Misi Rasulullah SAW, telah sukses dijalankan. Faktanya tampak hari ini, saat kaum muslim menjadi kaum mayoritas di dunia.

Baca juga:  Menjauhi Teman yang Buruk

Meski kondisinya jauh berbeda saat Islam benar-benar memegang kekuasaan.

Akan tetapi, tidak bisa dimungkiri bahwa dunia keluar dari kegelapannya berkat cahaya Islam.

Islam yang menghantarkan peradaban dunia memanusiakan manusia.

Membawa manusia pada kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menyejahterakan masyarakat dengan aturannya yang sempurna.

Islam mempunyai aturan yang dapat memecahkan problematika kehidupan.

Menempatkan setiap amanah sesuai dengan fungsinya dan mengatur kepemilikan sesuai dengan fitrahnya.

Syariat Islam tidak menempatkan asas manfaat sebagai tujuan, tetapi menempatkan rida sang Khalik sebagai tujuan.

Hal ini, dilandasi dengan keyakinan bahwa setiap yang diridai Allah SWT, maka akan bermanfaat.

Sementara setiap yang diharamkan Allah SWT, dipastikan akan membawa mudharat atau keburukan. Baik secara langsung terasa ataupun secara tidak langsung.

Keyakinan ini tidaklah bisa dipandang sebagai tendensi agama semata, karena faktanya dengan penerapan Islam secara kaffah, dunia pernah hidup dengan harmonis.

Setiap pemeluk agama hidup dengan rukun, kesejahteraan masyarakat terjamin dan terlindungi dengan baik.

Pengetahuan berkembang dengan pesat, menandakan pelaksanaan pendidikan yang maju dan berkualitas. Inilah yang seharusnya menjadi cermin bagi negeri ini.

Masihkah berharap pada sistem yang baru berdiri seabad lebih namun telah menciptakan keterpurukan hidup yang dalam?

Sementara Islam, telah membuktikan kegemilangannya selama belasan abad di dua pertiga dunia. Wallahu’alam. ***