Tobat Setelah Maksiat

Tobat Setelah Maksiat
Foto ilustrasi from Pixabay

OPINION, ruber.id – Tobat Setelah Maksiat. Salah dan khilaf, merupakan dua hal yang manusiawi dan selalu menyertai umat manusia.

Rasulullah SAW bersabda: “Setiap Bani Adam itu, banyak melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang banyak melakukan kesalahan, adalah mereka yang mau bertobat.” (HR. Muslim).

Tobat, merupakan sifat paling mulia dan paling luhur yang dimiliki oleh orang-orang beriman.

Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman: “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).

Definisi Tobat

Imam Ibnu Al-Qayyim mendefinisikan tobat dengan berkata: “Hakikat tobat adalah menyesali apa yang telah berlalu, meninggalkannya pada saat sekarang. Dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi di masa depan.” (Madariju As-Salikin, I/199).

Seorang hamba yang saleh, apabila kakinya tergelincir dan mendurhakai Allah, maka ia memiliki dua karakter yang saling terkait.

Baca juga:  Faedah dari Musibah

Berikut adakah dua karakter tobat, yang sesungguhnya bertobat.

Segera Menyesal dan Kembali kepada-Nya

Orang yang hatinya hidup dan penuh dengan keimanan, tidak membiarkan dirinya melakukan amal kemaksiatan, juga tidak bersikukuh berada dalam dosa dan kesesatan.

Akan tetapi, ketika berdosa, ia akan segera menuju kepada Allah dengan bertobat dan kembali kepada-Nya.

Tidak Menganggap Remeh Perbuatan Maksiat

Orang yang hatinya hidup dan penuh dengan keimanan, juga tidak menganggap remeh amal perbuatan maksiat. Walau, sekecil apapun perbuatan maksiat tersebut.

Rasulullah SAW bersabda: “Berhati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa yang kelihatannya remeh.”

“Sesungguhnya, perumpamaan dosa-dosa yang remeh adalah seperti suatu kaum yang singgah di bawah lembah.”

“Lalu, seseorang datang membawa sepotong kayu bakar, dan seseorang yang lain datang dengan membawa kayu bakar pula. Hingga terkumpul banyak dan kayu-kayu bakar itu, dapat mematangkan makanan mereka.”

Baca juga:  Menjaga Hati

“Sesungguhnya, dosa-dosa yang terlihat remeh apabila terus dilakukan oleh pelakunya maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad).

Dari Para Salafussaleh

Oleh karena itu, para salafussaleh merasa sangat bersalah ketika melakukan kemaksiatan. Baik kemaksiatan yang kecil, maupun kemaksiatan yang besar.

Anas bin Malik pernah berkata kepada sebagian tabi’in: “Sesungguhnya kalian semua melakukan suatu perbuatan yang kalian pandang lebih kecil dari pada biji gandum; Padahal di masa Nabi SAW kami menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat membinasakan.

Memandang Dosa

Abdullah bin Mas’ud ra. berkata: “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seakan ia duduk di bawah gunung dan takut jikalau gunung itu menimpanya. Dan orang fajir (pendosa) melihat dosa-dosanya bagaikan lalat yang lewat di depan hidungnya seraya berkata, “Begini.”

Baca juga:  Meluruskan Ungkapan Hubbul Wathan Minal Iman, Ternyata Dipopulerkan Misionaris Kristen

Ibnu Syihab (salah seorang perawi hadis ini) menafsirkan: “Yakni berisyarat (mengibaskan) tangannya di depan hidung untuk mengusir lalat.”

Al-Hafidz Ibnu Hajar ketika men-syarahi atsar ini berkata: “Menurut Ibnu Abi Jamrah, hal itu disebabkan karena hati orang yang beriman penuh dengan pancaran sinar.”

“Sehingga, apabila melihat di dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang menyinari hatinya maka menganggap hal itu sebagai suatu masalah besar.”

Adapun, hikmah mengapa mengambil perumpamaan gunung adalah karena apabila menimpa seseorang biasanya tidak akan selamat.

Berbeda dengan apabila seseorang ditimpa sesuatu yang lain, ia mungkin selamat. Wallahu a’lam bishshawab.