OPINION, ruber.id – Karakter Pemuda Cemerlang Lahir dari Sistem Islam. Akhir-akhir ini, media massa dibanjiri beberapa berita duka. Mulai dari tragedi Kanjuruhan, hingga tragedi haloween di Ittaewon, Korea Selatan yang telah menelan banyak korban jiwa.
Dikabarkan beberapa media, ada sekitar seratusan orang lebih yang meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Begitu miris memang, dalam waktu yang tidak sebentar, ratusan jiwa sudah tidak bernyawa lagi.
Semudah itukah ajal menghampiri? Semurah itukah nyawa manusia?
Dari beberapa tragedi yang terjadi, akhirnya aparat kepolisian memperketat pengawasan untuk beberapa kegiatan yang mengumpulkan banyak massa.
Bahkan, beberapa acara terpaksa harus dibatalkan di tengah-tengah perjalanan.
Seperti konser berdendang bergoyang di Istora Senayan, Jakarta Pusat dihentikan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 lalu, dengan alasan over kapasitas.
Dari beberapa media mengabarkan, hampir saja pada gelaran konser bertajuk berdendang bergoyang kemarin pun memakan korban jiwa.
Karena, beberapa penonton dikabarkan berdesak-desakan. Bahkan, ada juga yang sampai pingsan saking membeludaknya penonton di konser tersebut.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa aparat pemerintah baru mempermasalahkan dan menghentikan acara ketika sudah terlihat adanya kekacauan?
Bukankah seharusnya sudah bisa melakukan mitigasi acara. Apalagi diketahui, telah terjadi penjualan tiket yang over kapasitas.
Padahal perhelatan besar di Istora Senayan, Jakarta Pusat itu, tidak hanya kali ini saja.
Pasti banyak acara-acara besar yang pernah diselenggarakan di sana, dan sudah seharusnya pihak aparat belajar atau berkaca pada kegiatan sebelumnya.
Sehingga, bisa menimbang dan menakar kembali untuk acara-acara selanjutnya.
Menurut keterangan Komarudin, pada beberapa media bahwa pada konser berdendang bergoyang Sabtu, 29 Oktober kemarin, terdapat indikasi adanya minuman keras (miras).
Tidak jauh-jauh dari kegiatan berbau kemaksiatan. Pemberian izin untuk acara yang tidak bermanfaat seharusnya perlu dipertimbangkan kembali, atau tidak perlu diberikan ijin sekalipun.
Karena, sudah pasti sebagian besar acara tersebut berbumbu kemudharatan.
Acara seperti itu, justru akan merusak pembentukan karakter generasi. Sebagai pilar peradaban cemerlang yang selalu digadang-gadangkan sebagai penerus bangsa, harapan bangsa.
Hal ini menunjukkan, pemerintah masih belum memiliki perhatian yang serius terhadap pembangunan generasi mudanya.
Lain halnya dengan acara-acara positif seperti kajian dan festival hijrah yang justru banyak dicekal. Bahkan, digagalkan secara mendadak dengan seribu alasan di luar nalar.
Mengapa harus ada perlakuan yang berbeda dari aparat pemerintah untuk pemberian izin penyelenggaraan kedua kegiatan tersebut?
Padahal, jika kita detailkan lagi, jelas mana acara yang harusnya mendapat perizinan dengan mudah dan mendapat apresiasi dari pemerintah.
Bukan acara yang justru merusak moral generasi, dan banyak maksiat serta mudharatnya, yang justru selalu dipuja dan diberikan angin segar.
Konsen Islam Terharap Pembentukan Generasi Muda
Jika kita tengok kembali dari kacamata Islam, justru para penguasanya memiliki perhatian besar terhadap pembentukan generasi.
Mulai dari moralnya, adab-akhlaknya bahkan sampai pada kualitas pola berpikir merekapun akan mendapat perhatian khusus.
Misal, dalam kebijakan pendidikan Islam yang mencakup berbagai aspek, seluruh ilmu Islam. Seperti ilmu fikih, tafsir, hadis, ilmu ushul dan ilmu yang lainnya.
Ditambah lagi, dengan ilmu di tingkat sekolah tinggi yakni ilmu kedokteran, alam, teknik, dan lain sebagainya.
Sehingga, bisa melahirkankan karakter generasi cemerlang pemimpin peradaban.
Seperti peradaban Islam beberapa abad silam yang mampu melahirkan para cendekiawan besar.
Seperti Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Farabi dan Al-Khawarizmi yang hasil karyanya sampai saat ini dirasakan seluruh umat manusia di dunia.
Kemudian, penguasa dalam Islam juga senantiasa memberikan lingkungan yang kondusif. Bahkan, disuguhkan begitu banyak fasilitas demi terbentuknya generasi yang berkualitas yang taat pada Allah SWT.
Karena, hanya dengan Islam lah aturan yang sesuai fitrah dan mampu melejitkan potensi pemuda dengan lebih manusiawi.
Sehingga, dengan begitulah akan tercipta generasi atau pemuda cemerlang dan negara yang Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbhun Ghaffur.
Yang artinya, negeri yang memiliki penduduk berperilaku baik. Sehingga mendatangkan ampunan dari Allah SWT. Wallahu’alam bisshowab.
Penulis: Indah Rahma (Praktisi Kesehatan di Majalengka).