BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Kisah mistis kerap mewarnai kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Jalan Kolonel Basyir Surya, Kelurahan Sukanagara, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Masyarakat sekitar menyebut perlintasan kereta di depan SMA Negeri III Kota Tasikmalaya itu, terdapat penunggu yang dikenal dengan sebutan “jurig torek” atau setan tuli.
Hantu penunggu tersebut dituding menjadi penyebab pengendara yang melintas terganggu pendengarannya sehingga mengakibatkan kecelakaan.
Misteri jurig torek menurut warga sekitar sudah tak asing di telinga mereka. Apalagi di tempat tersebut beberapa kali terjadi kecelakaan.
Dari mulai kereta api menabrak mobil, hingga beberapa kejadian bunuh diri yang menabrakan tubuhnya ke kereta api.
Di perlintasan kereta tanpa palang pintu itu, pernah terjadi kecelakaan tragis beberapa tahun silam.
Sebuah mobil yang melintas berhenti di tengah-tengah perlintasan dan tertabrak kereta yang melaju kencang. Akibatnya, sebanyak 11 orang nyawanya melayang.
Kejadian dramatis lainnya, sebut Ade warga setempat, saat seorang gadis bunuh diri dengan cara berdiri di atas rel kereta api. Warga di lokasi kejadian sudah berteriak-teriak mengingatkan, tapi tidak dihiraukan.
Warga meyakini korban dirasuki juring torek yang menjadi penunggu tempat kejadian. Tubuh gadis itu hancur, bagian-bagian jasadnya terpaksa dimasukkan ke dalam kardus.
“Lokasi perlintasan tanpa palang pintu itu memang rawan. Tapi penyebab terjadi kecelakaan biasanya diakibatkan oleh kelengahan pengendara, sehingga terkesima dan tidak bisa mengendalikan kendaraan saat rangkaian kereta api datang,” terang Ade kepada ruber.id, Senin (9/5/2022).
Belum ada yang bisa memastikan keberadaan sosok jurig torek di sana. Kisah misteri itu, bahkan dianggap mitos oleh sebagian warga.
Hari Sekolah Dijaga Satpam
Sebagai langkah antisipasi, mengingat kerap terjadi deretan musibah, pihak SMA Negeri III melakukan beberapa upaya.
Mulai dari mendirikan pos perlintasan yang dijaga petugas Satuan pengamanan (Satpam) dan memasang palang pintu. Itu dilakukan lantaran lokasi sekolah berada di seberang rel kereta api.
Petugas Satpam SMA Negri III Kota Tasikmalaya, Dadan yang berjaga di pintu perlintasan mengatakan, penjagaan perlintasan hanya dilakukan pada hari sekolah. Sedang hari Minggu atau hari libur tidak ada yang menjaga.
“Kami hanya bertugas saat masuk sekolah saja. Kalau libur, kami juga ikut libur, karena kami ditugaskan oleh sekolah,” jelas Dadan.
Upaya penjagaan pintu perlintasan mesti dilakukan secara prima. Apa lagi jika ada rangkaian kereta api mau melintas, baik dari arah timur maupun barat.
Karena jika lengah sedikit, tidak menutup kemungkinan ratusan siswa yang mau masuk maupun pulang sekolah tersambar kereta api.
“Tapi alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada musibah yang menimpa siswa. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa,” harapnya.
Ia dan para warga di sekitar perlintasan berharap pihak berwenang memasang pintu perlintasan otomatis agar tidak terjadi musibah memilukan seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.