Nyambat Eyang di Panggung Pertunjukkan ala Awi S(A)lrasa Tasikmalaya

Nyambat Eyang Ala Seniman Tasikmalaya
Seni pertunjukkan Nyambat Eyang ala Awi S(A)lrasa Tasikmalaya. andy/ruber.id

BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Nyambat Eyang ala Awi S(A)lrasa menggeliatkan panggung pertunjukkan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Meski masih dalam pembatasan dan aturan yang harus memenuhi protokol kesehatan di masa pandemi.

Namun, hal ini tak menyurutkan semangat dan kreativitas para seniman Tasikmalaya, untuk mengekspresikan diri lewat seni pertunjukkan.

Proses kreativitas tanpa batas tersebut, oleh kelompok Awi S(A)lrasa terjemahkan dalam panggung pertunjukkan.

Eyang adalah sebutan untuk kakek atau nenek menurut Kamus Besae Bahasa Indonesia (KBBI).

Dalam kehidupan di Jawa Barat (Sunda) termasuk di Tasikmalaya, sosok seorang petuah ini tervisualisasi lewat panggung pertunjukkan di Gedung Kesenian Tasikmalaya, Selasa (5/10/2021).

Garapan berjudul Nyambat Eyang lewat lantunan suara vokal, musik, gerak, rupa, dan sajak, tergarap apik oleh Awi S(A)lrasa.

Baca juga:  Update Covid-19 Kota Tasikmalaya: Nambah Lagi, Total Jadi 51 Kasus

Kelompok ini pun mampu menghipnotis penonton yang menyaksikan pertunjukkan tersebut.

Secara esensi, Nyambat Eyang bukan hal yang tabu atau menyimpang dari ajaran agama.

Adapun, komposisi personel yang terlibat dalam garapan ini yakni Aji dan empet, yang memainkan alat musik karinding.

Riski memainkan karinding dan rainstick. Agung Wayang memainkan goong tiup atau didgerido.

Kemudian pemain lainnya, King Lihin, penabuh celempung renteng.

Asep Sumo penabuh celempung indung. Rega goong menabuh celempung melody.

Nada Pram vokalis dan penyajak oleh Tatang Pahat.

Selanjutnya, untuk pendukung pertunjukkan ada Leo si Penatap Bulan sebagai perupa.

Yudi Charmed sebagai penata artistik. Icun sebagai lighting.

Ijal Mihdad sebagai soundman. Crew oleh A Cecep.

Baca juga:  Piknik ala Karyawan Instalasi Sanitasi RS SMC Tasikmalaya

Anisa sebagai penata makeup juga manager kelompok Awi S(A)lrasa.

Nyambat Eyang sebagai Respons Realitas Kehidupan

Pendiri kelompok Awi S(A)lrasa Aji menuturkan, gelaran Nyambat Eyang ini merupakan proses menyambungkan rasa

“Kita sebagai generasi saat ini, dengan menarik benang merah dari karuhun (nenek moyang) atas jejaknya, kekaryaannya dalam kehidupan, moal aya kiwari mun euweuh bihari,” katanya kepada ruber.id.

Aji menjelaskan, garapan pertunjukan ini tiada lain untuk mengangkat kearifan lokal, sebagai khasanah seni (buhun) tradisional karinding.

Harapannya, masyarakat bisa menikmati sekaligus menerimanya dengan suka cita.

Salah seorang budayawan Tasikmalaya, Tatang Pahat menambahkan, pertunjukkan Nyambat Eyang ini, tidak serta merta bermusik semata.

“Ada pesan moral yang ingin tersampaikan lewat komposisi musik, teks sajak, dan menerjemahkan fenomena zaman sekarang.

Baca juga:  Gempa Bumi Guncang Tasikmalaya

“Yang mana, transformasinya adalah dalam bahasa bunyi khususnya seni karinding,” ucapnya.

Hal yang unik dari seni pertunjukkan oleh kelompok ini, tidak hanya bermusik saja.

Tetapi, merespons realitas kehidupan dan bahan refleksi, yang mereka angkat dalam suguhan pertunjukkan.

Penulis: Andy Kusmayadi/Editor: Bam