PANGANDARAN, ruber.id – Ketua Umum DPP Gerakan Hejo Jawa Barat Eka Santosa menawarkan berbagai konsep kerjasama jangka panjang tentang tata kelola lingkungan hidup di Kabupaten Pangandaran.
Eka mengatakan, sebagai penggagas dan perintis Pemekaran Kabupaten Pangandaran, dirinya sangat peduli terhadap kondisi alam di kabupaten pesisir selatan Jawa Barat.
Dirinya memaparkan soal lingkungan hidup dan alam dihadapan sejumlah eselon II serta tokoh masyarakat di Aula Sekretariat Daerah Kabupaten Pangandaran, Kamis (2/7/2020).
Kemudian, dirinya pun menawarkan gagasan mengenai kawasan sampah mandiri di Pangandaran.
Nantinya, sampah tersebut diolah dengan alat insenerator yang ramah lingkungan.
Selain itu, kabupaten wisata andalan di Jawa Barat ini dijadikan target sasaran kerjasama gerakan hejo.
“Sebelum jadi kabupaten juga, dari dulu Pangandaran sudah terlihat bakal jadi icon wisata pavorit di Jabar,” kata Eka.
Sebagai Panglima Pemekaran Kabupaten Pangandaran, Eka Santosa mengapresiasi kinerja jajaran Pemkab di bawah pimpinan Bupati Jeje Wiradinata.
“Kami nilai pak bupati berhasil dalam membangun dan memprioritaskan kepentingan umum. Banyak perubahan dibandingkan dulu waktu masih Kabupaten Ciamis,” ujarnya.
Menurutnya, Pangandaran ini sudah menyelesaikan pembangunan infrastruktur yang dinilai vital, hanya tinggal melakukan pemeliharaan saja.
“Pesan dari kami, mari lestarikan alam dan lingkungan. Caranya adalah melalui pendekatan kebudayaan,” ucapnya.
Eka menyebutkan, selain ditargetkan tetrealisasi di Pangandaran, gerakan hejo sudah berjalan dibeberapa kabupaten/kota di Jawa Barat.
Di antaranya Bandung Raya dan Indramayu, saat ini tengah dirintis di Tasikmalaya.
Berdasarkan data, kata Eka, kondisi alam dan lingkungan di Jawa Barat sekarang ini dalam kondisi darurat.
Bahkan ada sekitar 650 hektare lahan kritis dan 50% sungai mengalami kerusakan.
Parahnya lagi, sungai yang berada di kota 90% tidak berfungsi sebagai sumber kehidupan dan potensi membahayakan.
“Kami punya hasil kajian yang ilmiah dan akademis terkait kondisi alam di Jawa Barat,” sebutnya.
Selain itu, kata Eka, ada yang lebih memprihatinkan, yakni kondisi sampah yang tak terkendali dengan status pencemaran luar biasa.
Rata-rata, pola angkutan sampah dari rumah ke TPS, lalu ke TPA harus menempuh jarak hingga puluhan kilometer.
Eka menerangkan, yak sedikit TPA di Jawa Barat yang tidak memiliki sistem pengelolaan sampah dengan cepat. Sehingga, terjadi penumpukan dan bakteri berceceran dimana-mana.
“Alhamdulillah, kami sudah punya solusi untuk penanganan dengan pola gerakan bagaimana sampah itu selesai di hulu,” terangnya.
Sementara, Sekretaris Daerah Kabupaten Pangandaran Kusdiana mengaku, dirinya tertarik dengan apa yang disampaikan oleh rekan-rekan dari gerakan hejo.
Pemaparan yang disampaikan mereka, kata Kusdiana, tak hanya wawasan lingkungan secara konvensional saja, namun hal tersebut ada akselerasi dari sisi teknologi maupun inovasi.
“Ini merupakan salah satu jalan keluar untuk Pangandaran bisa lebih maju tanpa merusak lingkungan,” katanya. (R001/smf)