Irigasi Nagrog Sumedang yang Habiskan Anggaran Miliaran, Hingga Berujung Petani Enggan Bayar Pajak

PETANI asal Desa Margamukti saat beristirahat di irigasi gantung Dusun Cipari, Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. bay/ruang berita

SUMEDANG, ruber – Ribuan petani di tiga kecamatan Kabupaten Sumedang berharap air dari Irigasi Narotika dapat mengaliri sawahnya. Tiga kecamatan tersebut yakni Kecamatan Sumedang Utara, Kecamatan Rancakalong dan Kecamatan Tanjungkerta.

Dari tiga kecamatan tersebut, yang seharusnya dialiri oleh air dari Irigasi Nagrog, ada sekitar 10 desa. Beberapa di antaranya adalah Desa Mekarjaya, Margamukti, Cipanas, Jatimulya, Kelurahan Situ, Kelurahan Talun dan beberapa desa lainnya.

Walaupun sudah menghabiskan anggaran hingga Rp8,5 miliar lebih, yakni Rp3.5 miliar pada APBD 2013, Rp200 juta kerjasama Dinas Pertanian dan TNI serta Rp5 miliar dari APBD 2017, namun masih belum menuai hasil yang diharapkan para petani.

Baca juga:  Puskesmas Sumedang Selatan Terus Upayakan Tekan Kasus DBD

Kepala Dusun 1 Desa Mekarjaya Yayat Supriatna mengatakan, para petani di Mekarjaya sudah ingin menerima manfaat dari Irigasi Nagrog yang berada di Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.

“Petani di desa kami sudah berupaya keras untuk mengusahakan air bisa mengalir. Walaupun mungkin dari desa yang lain terkesan diam karena sudah jenuh. Disini hanya 500 bata saja yang terairi, itu juga bergiliran,” ujarnya.

Yayat juga menyebutkan, dampak dari tidak mengalirnya air dari Irigasi Nagrog tersebut bisa mengalihfungsikan puluhan ribu hektar sawah menjadi kebun.

“Yang asalnya sawah sekarang jadi kebun. Sementarakan mereka kalau bayar pajak masih pajaknya sawah. Dari sisi materi saja para petani ini sudah rugi,” terangnya.

Baca juga:  Kejari Sumedang Wanti-wanti Kelola Anggaran Rumah Tidak Layak Huni

Ditempat terpisah, Aan sutisna, 35, salah seorang petani asal Dusun Mekarwangi, Desa Margamukti, Kecamatan Sumedang Utara berharap agar pemerintah dapat segera memperbaiki saluran Irigasi Nagrog sehingga bisa mengairi sawahnya.

“Susah air ini sudah 20 tahun lebih, karena salurannya tidak memadai. Tanahnya juga tidak stabil, kalau musim hujan tidak mengairi karena suka longsor. Kalau musim kemarau susah juga karena dari sumbernya juga kecil,” paparnya.

Aan juga membenarkan jika sebelumnya sudah ada upaya dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan air tersebut. Namun, tetap saja belum maksimal.

“Sudah tiga kali makanya bisa mengairi ke bawah juga. Tapi tidak semua masyarakat bisa memakainya. Itu juga hanya yang dekat dengan saluran saja,” kata Aan.

Baca juga:  Warga Sulit Dapat Air, Tiga Kecamatan di Pangandaran Dilanda Kekeringan

Aan juga mengeluhkan, sawah miliknya yang biasa menanam padi, sekarang harus beralihfungsi menjadi kebun.

“Sekarang saya menanam pisang atau singkong. Tapi rata-rata banyak yang menanam palawija. Dari sisi materi jelas kami rugi,” ucapnya.

Tak hanya itu, petani lainnya yang berasal dari Dusun Hanjuang, Desa Cipanas, Kecamatan Tanjungkerta yang telah 25 tahun tidak terairi sawahnya mengancam tidak akan bayar pajak sawah.

“Saya sudah jenuh begini terus, bahkan petani disini juga sudah pesimis. Dipikir-pikir mending pajaknya tidak usah dibayar,” sebutnya.

Sementara itu, saat coba dikonfirmasi kepada plt Kepala Dinas PUPR Sumedang Bambang Riyanto, pihaknya belum dapat memberikan keterangan.

“Itu yang lebih paham bagian PPK nya. Kebetulan sekarang lagi di Bandung,” tutupnya. bay

loading…