CIAMIS, ruber — Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Ida Andriyani, 27, asal Cisaga, Kabupaten Ciamis, dikabarkan tewas terbakar.
Kejadian tersebut setelah apartemen yang dihuninya di Jepang kebakaran.
Kebakaran terjadi diduga akibat korsleting listrik pada Jumat (15/2/2019).
BACA JUGA: Longsor, Puluhan Rumah di Sejumlah Titik di Ciamis Rusak
Saat ini, jenazah korban masih berada di Jepang menunggu dijemput pihak keluarga.
Kabar tersebut dibenarkan oleh Ibu korban, Ii Mulyasari.
Dirinya mengaku mendapat kabar duka tersebut dari pihak perusahaan tempat anaknya bekerja, Sabtu (16/2/2019) siang.
Pihak perwakilan perusahaan Simon Indonesia pun telah mendatangi kediaman rumah korban di Dusun Bantarsari, Desa Sukahurip, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis.
“Sudah mendapat kabar, anak saya meninggal saat apartemennya kebakaran.”
“Kabarnya karena korsleting listrik, ada dua korban, keduanya warga Indonesia, anak saya dan seorang lagi warga Purwakarta,” jelas Ii Mulyasari di rumahnya, Senin (18/2/2019).
Saat ini, Ii Mulyasari bersama mantan suaminya Suryadi bersiap akan berangkat ke Jepang untuk menjemput jenazah anaknya.
Namun, terlebih dulu akan ke Purwakarta. Tujuannya, ke perusahaan yang mengirim anaknya ke Jepang.
“Katanya harus dijemput ke sana. Sudah diurus pihak perusahaan hanya tinggal berangkat.”
“Kabarnya harus tes DNA juga supaya tidak tertukar dengan jenazah yang satunya. Karena memang kondisinya tidak bisa dikenali,” ucapnya.
Ii mengaku tak menyangka anaknya mengalami peristiwa nahas tersebut.
Padahal, malam sebelum kejadian sempat berkomunikasi melalui WhatsApp menanyakan kabar. Namun karena gangguan sinyal percakapan terputus.
“Pagi-pagi dicoba ditelpon tidak aktif, mungkin lagi kerja. Siangnya ada informasi dari temannya bahwa anak saya sakit.”
“Ternyata itu sudah kejadian. Dan hari Sabtu ada dari HRD perusahaan datang ke sini memberi kabar anak saya meninggal,” terangnya.
Menurut Ii, Ida sudah bekerja di perusahan Simon Indonesia di Purwakarta sejak 4 tahun lalu.
Diketahui, perusahaan ini memproduksi sepatu. Setelah 4 tahun bekerja, Ida menjadi salah satu leader di perusahaan tersebut.
Kemudian, Ida terpilih untuk dikirim di Jepang di perusahaan yang sama. Karena tidak semua karyawan perusahaan bisa dikirim ke Jepang.
“Anak saya sudah bekerja di Jepang sekitar 1 tahun, kalau di Purwakarta itu sudah 4 tahun. Katanya sekarang kontraknya mau diperpanjang tapi ada kejadian ini.”
“Kalau di Jepangnya nama daerahnya belum tahu. Setahun itu kalau komunikasi lewat WhatsApp,” tuturnya. dang