Viral Pelajar Kejang Dikira Tewas Akibat Kecanduan Game Online

Pelajar kecanduan game online
Kecanduan game online. ils/net

BERITA CIAMIS, ruber.id – Belum lama ini warganet di Indonesia dihebohkan dengan viralnya video seorang pelajar yang kejang-kejang hingga pingsan dan dikira tewas saat bermain game online di smartphone-nya.

Dalam video itu, terlihat pelajar yang tengah bermain game online tiba-tiba kolaps, hingga akhirnya pingsan tak sadarkan diri.

Saat itu, pelajar tersebut masih memegang ponselnya yang tampak terlihat tengah memainkan game online di smartphone-nya.

Pada 2018, fenomena remaja khususnya, yang mengalami kecanduan game online ini sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu bentuk gangguan mental dan disebut dengan istilah gaming disorder (Gangguan game).

Menurut WHO, gangguan kejiwaan akibat game online ini termasuk dalam kategori kecanduan nonzat atau kecanduan perilaku.

Sama halnya juga dengan adiksi gawai, judi online, media sosial, porno, dan lainnya.

Baca juga:  Bupati Ciamis Umumkan Satu Warganya Positif Corona, Ini Riwayatnya

Sebagai solusi, jenis gangguan kejiwaan akibat kecanduan game online ini dapat diobati di Nu Ciamis, asuhan Dr. Gumilar, S.Pd., MM., CH., CHt., pNNLP.

Di Pondok Pesantren Nurul Firdaus Ciamis yang berlokasi di Dusun Panoongan, Desa Kertaraharja, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini, penderita akan diobati melalui metode rehabilitasi mental.

Di mana, mereka yang mengalami kecanduan game online akan diobati menggunakan metode holistik.

Penerapan pengobatan dengan metode holistik di pondok pesantren modern Nurul Firdaus ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Pimpinan Ponpes Nurul Firdaus Gumilar mengatakan, banyak hal buruk terjadi pada pecandu gaming disorder dalam kehidupan kesehariannya.

Kondisi ini, kata Gumilar, terjadi karena pada bagian otak terjadi kerusakan pada area yang memerlukan untuk mengendalikan diri dan perilakunya.

Baca juga:  Hero META Mobile Legends di Season 25

Gumilar menjelaskan, pada kasus adiksi, ada bagian dari otak pecandu yang rusak.

Yaitu area yang disebut pre-frontal cortex. Di mana, kompilasi dilakukan pencitraan otak, di daerah itu tidak ditemukan rusak, diperbaiki mereka yang tidak kecanduan.

Area ini, kata Gumilar, bertanggungjawab untuk mengendalikan diri, perlindungan dan juga impuls hal-hal yang dilakukan tanpa berpikir lagi.

“Jadi jika bagian ini rusak ia tak bisa lagi berpikir dan langsung melakukan sesuatu. Perilakunya ini perlu apa yang disebut neurotransmitter dopamin yang membuat ia selamat bahagia,” kata Gumilar kepada ruber.id, Sabtu (2/11/2019).

Gumilar menyebutkan, area korteks prefrontal pada otak manusia akan rusak akibat permainan yang membuat pecandu tidak dapat mengendalikan diri dan perilakunya atau disebut quora.

Sehingga, kata Gumilar, untuk menyembuhkan mereka yang kecanduan game online harus dilakukan melalui rehabilitasi mental.

Baca juga:  Harga Game Hogwarts Legacy, Baru Rilis Langsung Diserbu

Pengobatannya, kata Gumilar, melalui metode atau teknik tentu tergantung penyebabnya.

Gumilar menambahkan, di Ponpes Nurul Firdaus, pasien gangguan jiwa akibat kecanduan game online, gawai, medsos harus menjalani proses tindakan terapi kejiwaan.

Caranya, melalui alternatif mengatasi gangguan jiwa dengan hypnotherapi dan ruqyah syar’iyyah serta penanaman mental sipiritual.

Sehingga pengawasan-obsevasi dan tindakan terapi yang dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dengan kata lain perawatan pasien dengan intensif dan sistemik.

“Program pesantren rehabilitasi mental gangguan jiwa akibat gaming disorder ini dilakukan selama empat bulan atau 120 hari kerja. Jadi bagi orangtua yang mempunyai anak remaja yang dinilai sudah kecanduan game online bisa langsung datang ke pesantren (Nurul Firdaus Ciamis) kami,” kata Gumilar. (R003)