Kelompok Pemuda Ini Dirikan Taman Bacaan Masyarakat

Pemuda Pangandaran
ANAK-anak sedang beraktivitas di Taman Bacaan Masyarakat yang didirikan sekelompok pemuda di Langkaplancar Kabupaten Pangandaran. ist/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Sekelompok pemuda di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat berhasil mendirikan Taman Bacaan Masyarakat atau TBM untuk sarana pendidikan anak.

TBM yang berlokasi di Desa Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar ini diberi nama Lebani atau Lentera Baca Madani.

Salah satu penggagas TBM Lebani Asep Saepul Milah mengatakan, ada 9 pemuda yang jadi perintis dan penggagas.

Mereka merintis atas dasar kepedulian terhadap nasib pendidikan anak di masa pandemi Covid-19.

“Kami pemuda kampung tapi tidak kampungan. Aksi nyata kami peduli terhadap dunia pendidikan dibuktikan dengan mendirikan TBM,” kata Asep, Kamis (21/10/2021).

Asep menuturkan, pemuda kampung yang masuk pada tim penggagas TBM Lebani terdiri dari mahasiswa serta pemuda di Desa Bangunjaya.

Baca juga:  Warga Pangandaran Boleh Gelar Hajatan, Ini Syarat dan Ketentuannya

“Didirikan pada tanggal 15 Agustus 2021. Sejak didirikan kegiatan rutin dilaksanakan setiap hari Minggu mulai jam 09.00 sampai 15.00 WIB,” tuturnya.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan tidak dipungut biaya atau gratis. Dan kebutuhan untuk makan saat istirahat sudah disediakan oleh pengelola.

Asep menjelaskan, ide mendirikan TBM Lebani juga dilatarbelakangi kekhawatiran terhadap anak yang saat ini terlalu berlebihan dalam menggunakan gadget.

“Anak sekarang banyak main gadget. Akhirnya interaksi sesama teman sebaya jarang dilakukan,” jelasnya.

Selain itu, pembelajaran yang dilakukan di masa pandemi di sekolah tidak terlalu efektif. Karena hanya dilakukan dengan secara online dan karakteristik anak sulit untuk dibangun.

Melalui rintisan Taman Bacaan Masyarakat Lebani Asep berkeinginan daya nalar anak bisa berpikir kritis dan menumbuhkan minat baca.

Baca juga:  DPRD Pangandaran Setujui Pertanggungjawaban APBD 2020

Selain itu juga anak bisa mencintai dan merawat budaya lokal. Seperti silat dan permainan atau kaulinan barudak zaman dulu.

“Pola ajar yang kami terapkan juga terus melakukan inovasi. Agar tercipta suasana baru dalam belajar. Dengan terjun langsung kepada objek yang dijelaskan dalam pembelajaran,” terangnya. (R001/smf)