Tragedi di Pasar Wisata Pangandaran, Keluarga Karim Minta Maaf

Pasar Wisata Pangandaran
PIHAK keluarga pelaku pembacokan di Pasar Wisata Pangandaran saat mengambil jenazah Karim. dede/ruber.id

BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Keluarga pelaku pembacokan dan pembakaran 4 kios di Pasar Wisata Pangandaran, Jawa Barat menyatakan permohonan maaf kepada para korban dan seluruh masyarakat.

Aksi keji Karim, 52, pelaku pembacokan tehadap 5 warga setempat itu berakhir tragis. Dia tewas meregang nyawa ditembak polisi yang mengamankan situasi mencekam saat menjelang magrib kemarin.

Adik ipar Karim, Sukiman menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para korban dan seluruh masyarakat atas perilaku sadis saudaranya.

“Semoga para korban cepat sembuh,” kata Sukiman yang didampingi polisi saat pengambilan jenazah Karim dari kamar mayat RSUD Pandega Pangandaran, Kamis (1/4/2021).

Karim yang merupakan penjahit di Pasar Wisata itu akan dimakamkan di TPU Dusun Cikuya, Desa Langkapsari, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis.

Baca juga:  Jika Covid-19 Meledak, RSUD Pandega Dijadikan Tempat Ini

Karim ber-KTP Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis adalah kampung halamannya.

Sukiman menerangkan, beberapa hari sebelum kejadian, Karim memang datang dan menginap selama 2 malam di rumahnya.

“Saya tidak banyak bicara dengan dia. Sejujurnya hubungan Karim dengan kami sudah lama renggang. Kami hanya bicara selewat-selewat saja,” terangnya.

Diakuinya, Karim terlihat sedang dirundung masalah. Bahkan akhir-akhir ini, kakak iparnya itu terdesak kebutuhan ekonomi, termasuk kebutuhan berobat istrinya yang sakit jiwa.

“Waktu di rumah juga dia tidak ngomong apa-apa. Bahkan perginya saja tidak ada pamit. Dia saat itu datang sendiri, istrinya ditinggal di Pangandaran,” ucapnya.

Pelaku Korban Investasi Bodong

Di tempat yang sama, adik kandung Karim, Sutarno menyebutkan, kakaknya itu sudah menikah dengan Amirah lebih dari 30 tahun. Awalnya, kehidupan Karim baik-baik saja.

Baca juga:  Sinyal Lemah Jadi Kendala Petugas Verivali DTKS di Pangandaran

“Dia menekuni profesi sebagai penjahit di Jakarta. Sampai bisa membangun rumah di kampungnya. Istrinya juga waktu itu sehat,” sebutnya.

Kemudian, masalah mulai melanda Karim dan Amirah sekitar 10 tahun lalu. Keduanya tergiur tawaran investasi online yang katanya jalan cepat menuju kaya.

“Ternyata tertipu, uangnya habis. Cukup banyak juga uang yang dihabiskannya. Sampai dia kehilangan aset-aset berharga,” ujarnya.

Akibatnya, kehidupan Karim mulai berantakan. Istrinya stres hingga dinyatakan sakit jiwa. Rumahnya dijual, harta benda sisa investasi bodong habis pula untuk upaya pengobatan sang istri.

“Dia pindah ke Banyumas, sempat pindah ke Padaherang, sampai terakhir pindah ke Pangandaran. Mungkin dia tertekan dengan masalah itu. Ekonomi sulit, istri tak sembuh-sembuh,” tambahnya.

Baca juga:  Berobat di RSUD Pandega Pangandaran, Tentukan Jalur Layanan di Awal Pendaftaran

Sementara itu, terkait tindakan polisi yang menembak mati Karim yang bersembunyi di atap rumah, pihak keluarga merelakannya.

“Kami ikhlas, pihak polisi sudah tepat. Karena kalau dibiarkan mungkin korban akan semakin banyak,” ungkapnya. (R002)

BACA JUGA: Kronologi dan Penjelasan Soal Insiden di Pasar Wisata Pangandaran